Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Serat Sintetiis Sulit Capai Target

Bisnis.com, JAKARTA- Akibat merosotnya permintaan dari Eropa, pelaku industri serat sintetis untuk poliester (polyester staple fiber/PSF) pesimis target produksi 600.000 ton tahun ini bisa tercapai.

Bisnis.com, JAKARTA- Akibat merosotnya permintaan dari Eropa, pelaku industri serat sintetis untuk poliester (polyester staple fiber/PSF) pesimis target produksi 600.000 ton tahun ini bisa tercapai.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wiraswasta mengatakan pada semester I/2013, permintaan dari Amerika Serikat hanya tumbuh 1%, sedangkan dari Eropa merosot hingga 20%.

Adapun untuk semester II/2013, Redma memperkirakan belum akan ada perubahan yang signifikan.

Dia memprediksi, tahun ini industri poliester tidak akan ada pertumbuhan atau stagnan dengan tahun lalu. Bahkan, target produksi 600.000 ton tahun ini dinilai tidak akan tercapai.

“Ya tidak ada pertumbuhan, paling tidak produksi sama dengan tahun lalu tidak akan sampai 600.000 ton,” kata Redma ketika dihubungi Bisnis, Rabu (11/9/2013).

Padahal sebelumnya, Redma masih optimistis produksi poliester dalam negeri pada semester II/2013 akan meningkat hingga 325.000 ton, sehingga total produksi hingga akhir tahun mampu mencapai 600.000 ton.

Target ini melampaui jumlah produksi sepanjang tahun lalu yang hanya 556.000 ton. Pada semester I/2013 produksi mencapai 275.000 ton

Menurutnya, selama ini, ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa sangat menopang pertumbuhan industri ini. Namun, lesunya perekonomian dunia membuat pasar Amerika Serikat dan Eropa menciut.

Padahal umumnya, per tahun permintaan serat sintetis dari Amerika Serikat dan Eropa mampu tumbuh 5% hingga 10%. Sementara itu, untuk permintaan dari Jepang meski sempat tumbuh 5%, tapi masih di bawah standar yakni 10%.

Pihaknya memprediksi, kondisi ini masih akan terjadi hingga 3 tahun-4 tahun ke depan. Belum lagi, pasar di dunia juga sudah mulai tertutup dan melakukan proteksi, seperti di Brazil dan Turki.

“Di Brazil, semua pengaman diberlakukan, mulai dari safeguard, anti dumping, dan sebagainya. Pasar yang besar dengan permintaan menciut membuat importir mencari negara yang pasarnya masih besar, seperti Indonesia. Ini yang harus diwasapadai,” tambahnya.

Namun, lanjut Redma, merosotnya ekspor ini tidak membuat pertumbuhan industri ini negatif. Pasalnya permintaan serat sintetis dalam negeri masih cukup baik dan membantu kinerja industri serat sintetis.

Menurutnya, daya beli masyarakat saat ini harus dijaga dengan baik. “Masih banyak yang memakai produk lokal.”

Pada tahun ini permintaan domestik masih cukup baik yakni 6,6 kg per kapita dibandingkan dengan tahun lalu, 6,3 kg per kapita.  (ra)

 


 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper