Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Indonesia siap menerima kehadiran daging sapi impor disebabkan kesulitan pasokan daging sapi dalam negeri.
Namun, mereka meminta pemerintah menyediakan teknologi pengolahannya.
Trisetyo Budiman, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (Apmiso) Indonesia, menjelaskan pihaknya menerima saja apabila pasokan daging sapi dalam negeri benar-benar tidak mencukupi.
"Namun, kami meminta agar pemerintah memberikan pemahaman tentang pengolahannya. Sebab, ada perbedaan serat antara daging sapi lokal dengan daging sapi impor,” katanya kepada wartawan, Jumat (26/7/2013).
Selama ini, katanya, pengolahan atau penggilingan daging sapi lokal sudah dipahami pengolahannya, karena seratnya memang halus. Kondisinya berbeda dengan daging sapi impor. Apalagi daging itu dalam bentuk beku.
Maksud Trisetyo, ketika daging impor yang dibeli anggotanya masih dalam keadaan beku, maka tidak bisa langsung diolah. Itu sebabnya dia meminta pemerintah agar memberikan pemahaman terhadap pengolahan daging sapi impor dalam keadaan beku.
Menurut dia, secara umum anggotanya lebih suka menggunakan daging sapi lokal, meski harganya saat ini masih di atas harga daging sapi impor. Ada alasan tertentu sehingga Apmiso dan seluruh anggotanya lebih memilih daging sapi lokal.
Selain daging sapi impor lebih besar seratnya, yang mempersulit pengolahan atau penggilingan, daging lokal justru mempunyai keunggulan pada cita rasa yang lebih nikmat ketika daging dalam baso dikonsumsi.
”Oleh karena itu, anggota kami lebih senang memanfaatkan daging lokal. Daging impor umumnya yang dipakai pedagang baso untuk kalangan khusus. Sedangkan kami lebih memilih menggunakan daging sapi lokal.”
Apmiso menjadi salah satu organisasi penguasaha yang paling membutuhkan daging, karena jumlah anggotanya di seluruh Indonesia sangat besar. Kebutuhan daging per hari kelompok ini diperkirakan mencapai 60 ton per hari.
Beberapa hari sebelumnya Perum Bulog mengumumkan bahwa Apmiso siap bekerja sama untuk menyalurkan daging impor. Namun Tristeyo menegaskan belum pernah menjalin kesepakatan kerja sama untuk tugas-tugas tersebut.