BISNIS.COM, JAKARTA—Mulai 2014 atau tahun depan, sistem penjaminan kesehatan masyarakat Indonesia akan berubah, begitu sistem Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) mulai diterapkan.
Hasbullah Thabrany, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengatakan dengan penerapan sistem tersebut, perubahan akan paling terasa pada pola pelayanan dari dokter umum.
Tiap dokter umum, lanjutnya, nanti bertanggung jawab pada maksimal 3.000 pasien yang terdaftar.
Jika masing-masing pasien diberi bujet berobat senilai Rp10.000 per bulan, dokter umum tadi mendapat dana senilai Rp30 juta untuk biaya konsultasi dan obat pasiennya.
Dari 3.000 pasien, Hasbullah melanjutkan, yang sakit tentu tidak semuanya. Katakanlah dalam sebulan hanya ada 500 orang yang sakit, dengan demikian si dokter masih mendapat sisa uang Rp25juta sebagai pendapatannya.
Dengan pola seperti ini, menurutnya, akan terjadi kompetisi sehat di antara para dokter umum untuk mempercepat kesembuhan pasien dengan menggunakan metode dan obat yang efisien serta efektif. Sebab, jika pasien tidak kunjung sembuh dan harus bolak-balik ke dokter, maka bujet sisa si dokter akan tergerus.
“Kemampuan komunikasi dokter umum juga menjadi hal yang penting, karena pasien bisa memilih dia mau terdaftar pada dokter yang mana. Tidak menutup kemungkinan di satu daerah, ada dokter yang pasiennya banyak, sedangkan yang lainnya sedikit,” papar Hasbullah.
Sistem ini juga secara otomatis “memaksa” dokter umum yang baru untuk mencari dan bekerja di daerah yang belum banyak dokternya, supaya masih ada sisa orang yang mau mendaftar sebagai pasiennya.
Secara umum, Hasbullah, Indonesia masih membutuhkan sekitar 40.000 dokter baru, jadi para calon dokter jangan khawatir tidak kebagian pekerjaan.
“Kalau nanti semua orang di Indonesia sudah terakomodasi dengan baik oleh jumlah dokter umum, maka tutup saja fakultas-fakultas kedokteran di universitas, sisakan satu atau dua untuk menggantikan mereka yang pensiun atau meninggal,” terang Hasbullah.
Bagaimanapun, dia berharap pemerintah menaikkan bujet tiap pasien menjadi sekitar Rp30.000 per bulan, supaya para dokter umum tidak dipaksa kerja rodi dan dapat memaksimalkan pelayanannya.