BISNIS.COM, JAKARTA—Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengungkapkan pihaknya tidak ingin memutuskan secara buru-buru kapan dua megaproyek Giant See Wall dan Deep Tunnel dapat dimulai.
Djoko menegaskan dirinya ingin kajian yang dilakukan benar-benar matang. Untuk memantapkan kajian giant see wall misalnya, PU merangkul konsultan negeri Kincir Angin.
“Pekerjaan besar itu tidak bisa terburu-buru. Yang jelas sekarang kami punya tim dan tenaga ahli yang kami ambil dari ITB dari universitas lain yang kita anggap mampu. Juga ada konsultan dari luar negeri yang bekerja, umumnya dari Belanda," ungkap Djoko di Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Djoko mengaku belum bisa menentukan keputusan untuk kedua proyek itu. Dirinya mengaku kwatir jika proyek giant see wall digarap terburu-buru sehingga hasilnya berantakan.
"Ga bisa pekerjaan sebesar itu harus diputuskan sekarang nanti berantakan hasilnya," ungkapnya.
Dia menuturkan konsultan dari Belanda bersama tenaga ahli Indonesia bekerja sama melakukan berbagai kajian teknis. Hingga sejauh ini, dirinya belum menerima laporan secara resmi terkait kedua proyek tersebut.
“Saya ga tahu kapan kajian tim panel itu selesai,” paparnya.
Djoko mengungkapkan pembangunan Giant See Wall masih lebih rasioanl jika dibandingkan dengan Multi Purpose Deep Tunnel atau terowongan raksasa untuk mitigasi banjir Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Jokowi sebelumnya mengungkapkan pihaknya menargetkan groundbreaking Giant See Wall dapat dilakukan pada 2014.
Megaproyek Giant Sea Wall ini sudah masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Artinya DPRD DKI sudah mengizinkan pembangunan proyek.
Sementara untuk proyek deep tunnel, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, Mohamad Hasan mengungkapkan pembangunan deep tunnel tidak mampu mengatasi banjir di Jakarta.
Deep Tunnel Jakarta hanya bisa mengalirkan air sebanyak 117 meter kubik per detik. Jumlah itu tidak seimbang dengan nilai investasi karena normalisasi Sungai Ciliwung bisa mengalirkan air sebanyak 550 meter kubik per detik.
Adapun nilai investasi pembangunan terowongan bawah tanah multifungsi mencapai Rp44 triliun untuk jangka waktu operasional hingga 50 tahun. Sementara itu, normalisasi Sungai Ciliwung hanya membutuhkan investasi Rp1,2 triliun.
Deep tunnel tersebut akan dibangun sepanjang 26 kilometer dengan jalur mulai dari Balai Kambang hingga Pluit, dengan trase yang akan berada di bawah jalur kereta untuk menghindari fondasi gedung tinggi. (ra)