BISNIS.COM, BANDUNG -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan mengusulkan lifting minyak sebesar 860.000 hingga 900.000 barel per hari dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014 mendatang.
Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini mengatakan usulan lifting minyak sebesar 860.000 hingga 900.000 barel per hari diajukan setelah melihat beberapa lapangan migas yang akan mulai berproduksi. Bahkan, jika Mobil Cepu Limited mulai berproduksi, maka dirinya optimistis produksi minyak rata-rata pada 2014 dapat mencapai 900.000 barel per hari.
“Dari usulan yang akan SKK Migas sampaikan, biasanya Pemerintah akan mengambil angka tengah, yakni 880.000 barel per hari,” katanya di Bandung, Rabu (22/5/2013).
Sementara untuk lifting gas, Rudi mengungkapkan SKK Migas akan tetap mengusulkan lifting gas sebesar 1.240 juta barel oil equivalent per day, atau sekitar 7.175 juta standar kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMscfd).
Menurutnya, produksi gas baru akan meningkat setelah Blok Masela berproduksi pada 2016 mendatang, sehingga SKK Migas tetap akan mengusulkan lifting gas yang konstan dengan lifting gas tahun ini.
Rudi menyampaikan SKK MIgas juga akan mengusulkan target penerimaan negara dari sektor migas sebesar US$30 miliar sepanjang 2014. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan target penerimaan dari sektor migas tahun ini yang sebesar US$31,7 miliar.
“Target penerimaan negara turun, karena asumsi harga yang digunakan dan kurs yang juga terus mengalami penurunan,” jelasnya.
Seperti diketahui, SKK Migas mengusulkan lifting minyak sebesar 840.000 barel per hari pada APBN Perubahan 2013. Selain itu, SKK Migas juga mengusulkan lifting gas sebesar 7.175 BBUTD dalam APBNP 2013.
Sementara untuk penerimaan negara dari sektor migas, APBN 2013 menargetkan sebesar US$31,7 miliar, sementara SKK Migas hanya menargetkan sebesar US$30,2 miliar.
Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan akan mengajukan kuota bahan bakar minyak (BBM) subsidi sebanyak 51,84 juta kiloliter dalam APBN 2014.
Jumlah tersebut akan diajukan setelah kuota BBM subsidi tahun ini ditambah dengan perkiraan pertumbuhan konsumsi sebanyak 8%. “Untuk kuota tahun depan ya kuota saat ini yang 48 juta kiloliter ditambah dengan prediksi pertumbuhan konsumsi sebesar 8%,” katanya.
Susilo mengungkapkan, asumsi pertumbuhan konsumsi sebesar 8% tersebut didapat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 6,2%. Hal tersebut akan berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan energi.
Sementara untuk APBN-P 2013, Susilo berharap pembahasannya dapat selesai pada Juni 2013 mendatang. Dalam APBNP-2013 itu juga pemerintah akan merevisi lifting 2013 menjadi sebesar 840.000 barel per hari.
Menurutnya, revisi lifting 840.000 barel per hari diajukan karena angka tersebut merupakan batas produksi minyak bumi tahun ini. “Revisi lifting bukan kesalahan siapa-siapa, tapi memang ternyata produksi minyak dalam negeri mau digeber seperti apapun, ya batasnya 840.000 barel per hari,” ungkapnya.
Selain itu, turunnya lifting minyak tahun ini disebabkan masih ada kendala yang menghambat produksi minyak di dalam negeri, seperti iklim investasi yang tidak terjaga, persoalan perizinan, dan persoalan cabotage. (dot)