BISNIS.COM, JAKARTA-Presiden Director dan CEO PT Bakrie Investama Eco Industri sekaligus mantan Direktur Utama PT Bakrie Toll Road Hiramsyah S Thaib mengungkapkan pembebasan lahan untuk jalan tol butuh kerjasama aktif investor jalan tol dengan pemerintah. Selain itu pendekatan sosial budaya sangat diperlukan sehingga investor juga perlu mengelurkan biaya tambahan untuk mendukung percepatan pembebasan lahan.
"Pasti ada biaya tambahan tapi biaya itu tidak lebiih dari 5% nilai proyek. Kalau tol itu mangkrak maka biaya bisa meningkat 700%. Lebih baik membuang 5% dari pada harus keluarkan biaya yang lebih besar lagi," jelasnya dalam Diskusi Land Provision, Studi Kasus Pengadahan Tanah Pembangunan Jalan Tol Kanci-Pejagan di Jakarta hari ini, Kamis (25/4/2013).
Biaya tambahan menurutnya dikeluarkan sebelum sosialisasi pembangunan jalan tol. Biaya itu dikeluarkan untuk pemetaan kondisi sosial masyarakat sehingga ketika sosialisasi formal dilakukan masyarakat sudah memahami pentingnya pembangunan jalan tol tersebut dan dapat bekerja sama karena kelangsungan hidup mereka juga dipikirkan.
Menurutnya investor jalan tol harus keluar dari pendekatan parsial dan melihat seluruh potensi finansial di seluruh wilayah. Ia menjelaskan keberhasilan pembebasan lahan di ruas tol Kanci-Pejagan tidak lepas dari pendekatan sosial masyarakat dan melibatkan mereka dalam memanfaatkan rest area dan mengoptimalkan CSR.
"CSR itu digunakan untuk berdayakan ekonomi masyarakat, sehingga tidak semata-mata membebaskan lahan. Potensi wilayah itu harus dioptimalkan," ungkapnya.
Lebih jauh ia menjelaskan jika ruas trans jawa tersambung maka perekonomian di jalur pantura akan turun karena trans jawa akan mengambil sebagian kendaraan yang melewati pantura. Investro jalan tol perlu memikirkan untuk melibatkan pelaku bisnis di pantura agar masyarakat juga menikmati dampak langsung kehadiran trans jawa.