Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Asing Masuk ke Industri Hilirisasi Kelapa, Buka Lapangan Kerja Baru?

Investasi asing di industri hilirisasi kelapa di Indonesia berpotensi membuka lapangan kerja baru, hingga mengatasi keterbatasan pasokan kelapa.
Kelapa bulat yang dijual di Pasar Nalo, Jakarta, Kamis (24/4/2025). —Bisnis/Rika Anggraeni
Kelapa bulat yang dijual di Pasar Nalo, Jakarta, Kamis (24/4/2025). —Bisnis/Rika Anggraeni

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai masuknya investasi asing di industri hilirisasi kelapa bulat bisa mendorong pembukaan lapangan pekerjaan baru di Tanah Air.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai investasi asing ke industri hilirisasi kelapa akan menciptakan efek berganda (multiplier effect) di dalam negeri.

“Kalau dari investasinya sekali lagi sangat prospektif dan pemerintah perlu memastikan bahwa investasi yang masuk ke hilirisasi kelapa ini betul-betul lebih menciptakan multiplier effect yang lebih besar di dalam negeri,” kata Faisal kepada Bisnis, Kamis (31/7/2025).

Terlebih, kata dia, kelapa menjadi komoditas yang paling dekat dengan masyarakat, terutama di sektor pertanian. “Sehingga mestinya [investasi] bisa mendorong penciptaan lapangan pekerjaan di sektor tersebut,” imbuhnya.

Di samping itu, Faisal menyebut investasi hilirisasi kelapa memiliki prospektif seiring dengan permintaan yang tinggi. Sayangnya, pabrik pengolahan kelapa bulat di dalam negeri masih terbatas.

Dia menuturkan bahwa kelapa banyak dijual baik ke dalam negeri maupun ekspor tanpa diolah alias tidak ada bernilai tambah.

Di sisi lain, dia juga menuturkan bahwa saat ini kondisi pasokan kelapa di dalam negeri semakin terbatas, sehingga membuat harga komoditas ini melambung.

“Walaupun harga komoditas pada umumnya itu mengalami penurunan pada saat sekarang, tetapi kelapa itu meningkat karena kekurangan suplai,” tuturnya.

Adapun seiring masuknya investasi asing ke Tanah Air, Faisal menyebut pemerintah harus sudah mulai mendorong hilirisasi kelapa dengan memperkuat industri hulu terlebih dahulu, yakni meningkatkan bahan baku kelapa di dalam negeri.

Untuk itu, lanjut dia, pemerintah harus meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas kelapa nasional di sentra-sentra produksi dengan melakukan peremajaan lahan-lahan yang tidak produktif. Pasalnya, Faisal mengatakan bahwa selama ini cukup besar luas lahan kelapa yang tidak produktif.

“Nah ini harus didorong kalau ingin melakukan hilirisasi karena kalau tidak kita akan kekurangan bahan baku. Jadi justru malah hilirisasi yang terhambat karena bahan bakunya yang kurang,” sambungnya.

Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan salah satu perusahaan pengolahan kelapa asal China baru-baru ini membangun pabrik di Indonesia dengan nilai investasi awal yang dikucurkan mencapai US$100 juta atau setara Rp1,64 triliun (asumsi kurs Rp16.480 per dolar AS).

“Baru saja pengelolaan kelapa yang tadinya kelapa kita ini diekspor ke China tanpa diolah, sekarang akan diolah di sini. Dan mereka adalah perusahaan nomor satu pengelolaan kelapa terbesar di dunia,” kata Rosan di Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Sayangnya, Rosan enggan mengungkap nama perusahaan yang menggelontorkan investasi hilirisasi kelapa di dalam negeri.

“Nanti mereka akan investasi di beberapa kota, tapi satu plan itu US$100 juta dan selama ini ternyata baru tahu angkanya diekspor kelapa kita murah benar harganya,” ujarnya.

Namun, yang jelas, dia menyampaikan bahwa kucuran investasi itu akan mendatangkan hilirisasi perkebunan, termasuk kelapa di Indonesia.

“Tapi nanti di sini diolah sehingga hilirisasi kita ini sekarang masuk juga ke hilirisasi perkebunan, dan tidak hanya misalnya di kelapa sawit, tapi di industri-industri lainnya yang memang kita punya potensi yang sangat tinggi,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro