Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SWF INA Ungkap Sektor Investasi Prioritas, Sesuaikan Program Pemerintah

Indonesia Investment Authority (INA) fokus investasi di sektor transportasi, logistik, energi hijau, dan digital, sesuai program pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Chief Investment Officer Indonesia Investment Authority (INA) Christopher Ganis (kanan) bersama Chief Risk Officer Thomas Sugiarto Oentoro memberikan keterangan saat Diskusi Pakar Sovereign Wealth Fund (SWF) di kantor redaksi Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (24/7/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Chief Investment Officer Indonesia Investment Authority (INA) Christopher Ganis (kanan) bersama Chief Risk Officer Thomas Sugiarto Oentoro memberikan keterangan saat Diskusi Pakar Sovereign Wealth Fund (SWF) di kantor redaksi Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (24/7/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pengelola dana kekayaan negara atau sovereign wealth fund, Indonesia Investment Authority (INA), mengungkap strategi rencana investasi ke depannya. Setidaknya saat ini SWF Indonesia itu fokus ke sektor-sektor yang sesuai dengan program pemerintah.

Chief Investment Officer INA Christopher Ganis mengatakan pihaknya akan menyesuaikan sektor-sektor investasinya sesuai dengan program-program yang menjadi prioritas pemerintah. Beberapa sektor tersebut diantaranya adalah transportasi dan logistik, ekonomi hijau, dan lainnya.

"Untuk saat ini kita fokus di sektor yang sesuai dengan program-program pemerintah, yaitu transportasi, logistik dan infrastruktur, digital, energi hijau dan ekonomi biru, mineral dan hilirisasi, serta kesehatan," jelas Christopher dalam kunjungannya ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (24/7/2025).

Dia menjelaskan, penyelarasan rencana INA dengan program pemerintah menjadi salah satu kriteria untuk menetapkan sektor-sektor investasi prioritas. Christopher mengatakan, salah satu tujuan kriteria ini adalah untuk mendukung program pemerintah. 

Selain itu, dia mengatakan sektor-sektor yang menjadi fokus pemerintahan pada umumnya juga akan mendapat kebijakan yang lebih menguntungkan dari sisi iklim investasi.

"Karena kita juga memiliki tujuan komersial dalam berinvestasi," tambahnya.

Selain itu, INA juga mencermati sektor-sektor yang berpotensi menghasilkan return yang optimal. Hal tersebut kemudian dikombinasikan dengan potensi minat dari investor asing yang seiring dengan tujuan INA untuk menarik foreign direct investment (FDI).

"Kriteria ketiga adalah dimana sektor-sektor yang mungkin akan lebih beneficial kalau mendapat modal tambahan dari kami. Karena INA disini fungsinya bukan untuk crowding out capital, tetapi untuk crowd in capital," kata Christopher.

Sementara itu, Chief Risk Officer INA Thomas Sugiarto Oentoro menambahkan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk berinvestasi pada sektor-sektor di luar kriteria perusahaan dan tidak menjadi prioritas pemerintahan. Meski demikian, dia menegaskan INA akan melakukan kajian secara mendalam sebelum memutuskan untuk masuk pada sektor-sektor tersebut.

"Tidak menutup kemungkinan kita masuk sektor-sektor lain, misalnya pendidikan. Tetapi, kami akan secara selektif masuk, kalau memang imbal hasilnya baik dan secara risiko bisa kita me-manage," jelasnya.

Nilai Portofolio Investasi

Adapun, Christopher menambahkan, hingga saat ini INA telah berinvestasi sebesar US$4 miliar atau sekitar Rp65,1 triliun (kurs US$1=Rp16.283). Dia menuturkan, nilai investasi tersebut merupakan total akumulatif sejak lembaga tersebut didirikan pada 2020 hingga Mei 2025. 

Chris menuturkan, mayoritas target perusahaan dan platform tersebut adalah pemimpin pasar nasional ataupun regional.

"Sepanjang waktu 4 tahun terakhir, kita sudah investasi US$4 miliar. Itu disalurkan bersama, baik yang berasal modal kita sendiri yang sudah diberikan maupun dana dari mitra investasi kami," jelas Christopher.

Pada rentang waktu yang sama, INA juga berhasil meraih komitmen investasi sekitar US$25 miliar dari investor di 15 negara. Sepanjang 2024 lalu, perusahaan berhasil mendapat tambahan 7 mitra baru, yang sebagian besar merupakan investasi perdana di Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro