Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Benang RI Pede Ambil Pasar AS Meski Tarif Jepang Lebih Rendah

Produsen benang Indonesia optimistis raih pasar AS meski dikenai tarif bea masuk lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor, Jepang
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat. Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) optimistis dapat menjangkau potensi pasar benang dan kain Amerika Serikat (AS) meski tarif bea masuk yang dikenakan terhadap produk Indonesia lebih tinggi dibandingkan Jepang. 

Adapun, produk Indonesia dikenai tarif bea masuk ke AS sebesar 19%, sedangkan Jepang sebesar 15%. 

Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan, produk benang dan kain Jepang yang masuk ke pasar AS lebih banyak bersifat fungsional dan harganya jauh lebih tinggi dari produk Indonesia. 

“Harga produk Jepang di beberapa jenis benang dan kain yang bersifat fungsional biasa lebih tinggi dari harga kita, jadi dengan tarif 15% — 19% sepertinya kita masih bisa bersaing,” kata Redma kepada Bisnis, Rabu (23/7/2025). 

Sementara itu, Filipina juga mendapatkan tarif rendah yakni 19%. Kendati demikian, pengusaha tekstil RI tak ambil pusing lantaran Filipina bukan kompetitor Indonesia di pasar AS. 

Dia melihat kapasitas produksi tekstil dan produk tekstil (TPT) Filipina sangat minim sejak berlakunya Asean-China Free Trade Area, yaitu sebuah kawasan perdagangan bebas antara negara-negara anggota Asean dengan China. Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan barang. 

“Kalau untuk TPT kita tidak bersaing dengan Filipina karena di sana sudah banyak pabrik yang tutup sejak AC-FTA berlaku di Asean,” jelasnya. 

Sementara Jepang masih menjadi produsen TPT, tetapi lebih pada special functional product atau produk bernilai tertentu sehingga hanya beberapa jenis produk yang bersaing dengan barang Indonesia.

“Kondisi ini memang masih dalam prakiraan, posisi per hari ini masing-masing buyer AS sedang bernegosiasi dengan produsen kita utamanya terkait tambahan tarif yang pasti akan menaikan harga jualnya di AS,” jelasnya. 

Menurut Redma, alih-alih mengkhawatirkan tarif bea masuk ke AS. Pemerintah semestinya mulai bergerak melakukan antisipasi gelombang banjir barang-barang dumping China yang mulai masuk lebih deras dari sebelumnya.

Apalagi, terdapat kondisi peningkatan nilai impor TPT dari China ke Indonesia yang mencapai 8,84%, sedangkan impor produk alas kaki naik melonjak hingga 30,89% pada Januari hingga April 2025.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro