Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah menyiapkan strategi mitigasi terhadap potensi penurunan bea masuk dari kebijakan tarif 0% Amerika Serikat atas sejumlah komoditas impor asal Indonesia.
Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Selasa (22/7/2025) malam.
Menurut Airlangga, sejumlah komoditas impor Indonesia dari AS seperti gandum memang selama ini sudah dikenai tarif nol persen. Namun, pemerintah tetap mencermati dampaknya terhadap penerimaan negara dan struktur perdagangan.
"Ya, berbagai komoditas kan sudah 0. Jadi sebetulnya impor kita dari Amerika seperti gandum dan yang lain memang sudah 0," ujar Airlangga.
Terkait ekspor Indonesia ke AS, pemerintah berencana terus mendorong peningkatan daya saing produk unggulan yang berpotensi mendapat manfaat besar dari skema tarif rendah, termasuk tekstil, furnitur, sepatu, apparel, hingga produk elektronik rumah tangga.
"Kita akan terus mendorong tekstil, produk tekstil. Kemudian juga kita akan bicara furniture, sepatu, apparel. Kita juga punya produk seperti barang-barang manufaktur. Itu juga home appliance, electronic, itu masih bisa masuk dengan harga sekian," jelasnya.
Baca Juga
Airlangga juga menanggapi soal potensi impor migas dari Amerika Serikat. Ia menjelaskan bahwa volume impor migas akan disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri, dan mencakup berbagai bentuk produk energi.
"Volumenya nanti kita lihat karena itu tergantung kebutuhan di Indonesia. Jadi barangnya kan yang kita akan beli dalam bentuk LPG, refined product, crude. Jadi itu kombinasi dari itu," ucapnya.
Sementara itu, soal jadwal pengiriman pertama produk energi dari AS, Airlangga menyebut masih dalam tahap pembahasan teknis.
"Nanti kita masih ada teknis. Kan harus ada perjanjian antara agreement mengenai framework, setelah itu ada implementing," tambahnya.
Dia menegaskan bahwa hal tersebut tidak hanya berlaku untuk migas, melainkan juga untuk komoditas lainnya termasuk produk agrikultur. Terkait pengumuman resmi kerja sama ini, Airlangga mengatakan masih menunggu konfirmasi dari Gedung Putih.
“Tunggu White House," pungkas Airlangga singkat.