Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengungkap persiapan pengusaha untuk memperluas pasar ekspor guna mengantisipasi tekanan penurunan permintaan dari Amerika Serikat (AS) jelang penetapan tarif resiprokal.
Adapun, pemerintah AS tengah memfinalisasi keputusan penerapan tarif yang akan diumumkan paling lambat 9 Juli 2025.
Direktur Eksekutif API Danang Girindrawardana mengatakan, pihaknya saat ini masih dalam tahap menunggu dan melihat (wait and see) atas hasil negosiasi pemerintah Indonesia dengan AS.
“Pengalihan pasar itu secara alami tetap akan terjadi, banyak negara terluka oleh perilaku hegemoni negara-negara besar,” kata Danang kepada Bisnis, Senin (7/7/2025).
Menurut Danang, pengalihan pasar ekspor pasti terjadi untuk mempertahankan penjualan global. Terlebih, AS merupakan pasar utama dari tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki Indonesia dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 40,6% dan 34,2% pada 2024.
“Maka jejaring kerja sama ekonomi akan beralih ke negara negara yang lebih bersahabat, juga bisa terjadi karena kompetisi atau perubahan arus supply chain ataupun kebijakan reciprocal tariff,” jelasnya.
Baca Juga
Saat ini, pengusaha TPT dalam negeri mengharapkan keputusan dan hasil negosiasi terbaik yakni pengurangan penerapan tarif yang diterapkan AS sebesar 32% terhadap barang asal Indonesia.
“Saat ini negosiasi sedang berlangsung di DC, sebaiknya kita sepenuhnya percayakan kepada pemerintah melalui tim negosiasinya,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, pihaknya tak memungkiri dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China akan berpotensi mendorong trade diversion atau pengalihan pasar perdagangan.
“Ini salah satunya yang kita perhatikan di industri tekstil dan produk tekstil serta alas kaki sebagai sektor strategis yang berkontribusi signifikan terhadap ekspor manufaktur nasional,” ujar Faisol dalam rapat kerja Komisi VII DPR RI, Rabu (2/7/2025), dikutip Kamis (3/7/2025).
Terdapat kondisi peningkatan nilai impor TPT dari China ke Indonesia yang mencapai 8,84%, sedangkan impor produk alas kaki naik melonjak hingga 30,89% pada Januari hingga April 2025.
Jika merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor produk tekstil (HS 60-63) dari China ke Indonesia tercatat senilai US$834 juta pada Januari-April 2025, melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$309,7 juta.
Hal serupa juga terjadi pada produk alas kaki (HS 64) yang nilai impornya dari China tercatat mencapai US$199,4 juta pada Januari-April 2025 atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$152,36 juta.