Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan dirinya tidak melihat perlunya memperpanjang tenggat waktu 9 Juli yang ditetapkan untuk mencapai kesepakatan perang dagang dengan sejumlah negara guna menghindari kenaikan tarif.
“Saya rasa saya tidak perlu,” ujar Trump dalam wawancara bersama Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo yang ditayangkan Fox News dan dikutip dari Bloomberg, Senin (30/6/2025).
Namun, dia menambahkan dirinya bisa saja memperpanjang tenggat tersebut. Trump juga menyebut perpanjangan itu bukan masalah besar.
Pernyataan ini menyusul komentarnya pada Jumat pekan lalu, ketika Trump menyebut pemerintahannya bisa melakukan apa pun yang diinginkan terkait tenggat negosiasi tarif impor AS, termasuk memperpanjang atau mempersingkat waktu yang tersedia.
“Saya malah ingin mempersingkatnya. Saya ingin mengirim surat ke semua pihak, ‘Selamat, kalian membayar tarif 25%,’” ucap Trump dalam konferensi pers.
Trump dan para penasihatnya sebelumnya telah menyusun rencana negosiasi yang ambisius, dan berulang kali menyatakan bahwa mereka tengah menjalin komunikasi dengan puluhan mitra dagang untuk mengurangi defisit perdagangan dan menghapus hambatan tarif.
Baca Juga
Namun, pada Jumat, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan keraguan soal kelengkapan kesepakatan dagang sebelum tenggat, mengingat tarif berdasarkan negara yang ditetapkan Trump pada 2 April dijadwalkan berlaku kembali pada 9 Juli.
“Ada sejumlah negara yang menawarkan kesepakatan yang sangat baik kepada kami. Jika kami bisa menandatangani 10 atau 12 dari 18 hubungan dagang penting — dari total sekitar 20 mitra kunci — saya rasa kesepakatan dagang bisa rampung sebelum Hari Buruh [Labor Day],” ujar Bessent.
Kendati demikian, masih belum jelas seberapa komprehensif kesepakatan dagang yang diincar pemerintahan Trump. Kesepakatan dagang dengan Inggris yang selama ini dipromosikan sebagai komprehensif masih menyisakan sejumlah isu penting.
Sementara itu, kesepakatan dengan China pun belum menuntaskan isu-isu krusial, seperti perdagangan ilegal fentanil dan akses eksportir AS ke pasar China.
Trump menyebut India sebagai salah satu negara yang kemungkinan mendekati tahap finalisasi kesepakatan. Pekan lalu, tim pejabat perdagangan India melakukan pertemuan dengan mitra mereka di Washington, DC