Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Trump Memukul Ekspor China, Kinerja Mei 2025 Semakin Lambat

Pertumbuhan ekspor China melambat ke level terendah dalam tiga bulan per Mei 2025.
Benera China berkibar di kawasan bisnis dan pusat finansial yang terletak di Shanghai, China. JIBI/Feni Freycinetia
Benera China berkibar di kawasan bisnis dan pusat finansial yang terletak di Shanghai, China. JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekspor China pada Mei melambat ke level terendah dalam tiga bulan karena tarif AS yang memberatkan pengiriman.

Data Bea Cukai China yang dilansir dari Reuters pada Senin (9/6/2025), ekspor tumbuh 4,8% secara year on year (yoy) per Mei 2025, melambat dari lonjakan 8,1% pada April dan gagal mencapai pertumbuhan 5% yang diharapkan dalam jajak pendapat Reuters.

Perlambatan ekspor ini terjadi meskipun tarif AS untuk barang-barang China telah diturunkan dan mulai berlaku pada awal April.

Selanjutnya, impor turun 3,4% yoy, semakin dalam dari penurunan 0,2% pada bulan April dan lebih buruk dari penurunan 0,9% yang diperkirakan dalam jajak pendapat.

Adapun, surplus perdagangan China pada Mei mencapai US$103,2 miliar, naik dari US$96,18 miliar pada bulan sebelumnya.

Ekspor melonjak masing-masing 12,4% yoy dan 8,1% pada Maret dan April, karena pabrik-pabrik mempercepat pengiriman ke AS dan produsen luar negeri lainnya untuk menghindari pungutan besar yang diberlakukan Presiden AS Trump terhadap China dan negara-negara lain.

Meski eksportir di China menemukan sedikit kelegaan pada bulan Mei karena Beijing dan Washington setuju untuk menangguhkan sebagian besar pungutan mereka selama 90 hari, ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu tetap tinggi dan negosiasi sedang berlangsung mengenai berbagai masalah mulai dari kendali atas tanah jarang oleh China hingga isu Taiwan.

Perwakilan dagang dari China dan AS bertemu di London pada Senin waktu setempat untuk melanjutkan pembicaraan setelah panggilan telepon antara para pemimpin tertinggi mereka pada Kamis pekan lalu.

Pada Mei lalu, Beijing meluncurkan serangkaian langkah stimulus moneter, termasuk pemotongan suku bunga pinjaman acuan dan program pinjaman berbiaya rendah sebesar 500 miliar yuan untuk mendukung perawatan dan konsumsi layanan lansia.

Langkah-langkah tersebut ditujukan untuk meredam dampak perang dagang terhadap ekonomi yang mengandalkan ekspor dalam pemulihannya dari guncangan pandemi dan kemerosotan pasar properti yang berkepanjangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper