Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Menghijau usai Pengadilan Kabulkan Banding Tarif Trump

Putusan pengadilan banding muncul sehari setelah pengadilan perdagangan memerintahkan pemblokiran langsung terhadap tarif tersebut.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup menguat tipis pada Kamis (29/5/2025) seiring dengan sikap investor yang mencerna putusan pengadilan yang memberlakukan kembali tarif impor Presiden Donald Trump.

Melansir Reuters pada Jumat (30/5/2025), indeks S&P 500 ditutup naik 23,53 poin, atau 0,40%, pada 5.912,08 poin, sementara Nasdaq Composite naik 74,77 poin, atau 0,39%, hingga ditutup pada 19.175,87. Kemudian, Dow Jones Industrial Average naik 118,97 poin, atau 0,28%, hingga ditutup pada 42.217,67.

Putusan pengadilan banding itu muncul sehari setelah pengadilan perdagangan memerintahkan pemblokiran langsung terhadap tarif tersebut.

"Trump telah mencabut sebagian besar tarif ini. Jadi, putusan pengadilan ini hanya menjadi berita utama," kata Adam Sarhan, kepala eksekutif 50 Park Investments di New York.

Adapun, investor juga mencermati hasil laporan keuangan Nvidia. Perusahaan pembuat chip itu melaporkan hasil penjualan yang optimistis, didorong oleh pelanggan yang menimbun chip AI menjelang pembatasan ekspor AS ke China.

Namun, perusahaan memperingatkan bahwa pembatasan baru tersebut diperkirakan akan memangkas US$8 miliar dari penjualan kuartal saat ini.

Oliver Pursche, wakil presiden senior, penasihat untuk Wealthspire Advisors mengatakan, optimisme tentang pendapatan perusahaan dan Nvidia khususnya memberikan beberapa dukungan. 

"Namun, sebagai investor, saya tidak merasa ada dorongan untuk melakukan sesuatu atau mengubah apa pun, dan itulah yang tercermin di pasar," ujarnya.

Sementara itu, saham Boeing Naik setelah CEO Kelly Ortberg mengatakan perusahaan bermaksud meningkatkan produksi jet 737 MAX terlarisnya menjadi 42 pesawat per bulan dalam beberapa bulan ke depan dan meningkatkan produksi menjadi 47 per bulan pada awal 2026.

Sementara itu, rilis data kedua dari Departemen Perdagangan menunjukkan produk domestik bruto AS berkontraksi 0,2% pada kuartal pertama. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kontraksi 0,3%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper