Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Tahan Suku Bunga, Wall Street Ditutup Melemah

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (18/6/2025) usai The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (18/6/2025) waktu setempat, setelah sesi keputusan bank sentral AS untuk mempertahankan suku bunga acuannya serta pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell mengenai perlunya kebijakan moneter yang tetap menahan laju ekonomi.

Berdasarkan data Reuters pada Kamis (19/6/2025), indeks S&P 500 turun 2,37 poin atau 0,04% menjadi 5.980,35, sementara Nasdaq Composite naik 23,66 poin atau 0,12% ke level 19.544,75. Adapun, Dow Jones Industrial Average melemah 43,83 poin atau 0,10% menjadi 42.171,97.

Saham-saham AS sempat bergerak menguat sebelum rilis pernyataan The Fed.

Dalam konferensi pers pasca-keputusan, Powell menyampaikan bahwa para pembuat kebijakan memperkirakan inflasi harga barang akan meningkat selama musim panas, seiring dampak tarif dari Presiden AS Donald Trump yang mulai dirasakan konsumen.

Sebelumnya, pernyataan resmi The Fed masih mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini. Namun, dengan laju pemangkasan yang lebih lambat dibandingkan proyeksi sebelumnya.

Para pejabat The Fed tetap memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2025. Namun, ekspektasi ke depan diperlambat menjadi hanya 25 basis poin untuk masing-masing tahun 2026 dan 2027.

Setelah Powell berbicara, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) memangkas sebagian besar penurunan sebelumnya.

“Pasar mungkin merespons fakta bahwa imbal hasil mulai kembali naik. Powell sangat jelas bahwa dia tidak akan mengubah kebijakan suku bunga sampai benar-benar yakin terhadap dampak inflasi akibat tarif, dan dia menekankan itu berulang kali,” ujar Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities.

Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati perkembangan geopolitik di Timur Tengah, terutama kekhawatiran atas kemungkinan keterlibatan militer langsung AS dalam perang udara antara Israel dan Iran.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak tuntutan Trump untuk menyerah tanpa syarat. Sementara itu, Trump mengatakan, kesabarannya sudah habis, meski belum memberi petunjuk mengenai langkah berikutnya.

Sementara itu, data klaim pengangguran awal menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran baru turun pada pekan lalu. Namun, levelnya masih mencerminkan pelemahan momentum pasar tenaga kerja pada Juni.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper