Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBN 2026 Capai Rp3.820 Triliun, Ini Rinciannya

Belanja negara dalam APBN 2026 naik sekitar Rp190 triliun dibandingkan dengan tahun ini, meskipun pemerintah melakukan efisiensi anggaran.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers usai Pengesahan UU APBN TA 2025 di kompleks Parlemen, Kamis (19/9/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers usai Pengesahan UU APBN TA 2025 di kompleks Parlemen, Kamis (19/9/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah mempekirakan belanja negara pada 2026 akan berada di rentang Rp3.800 triliun hingga Rp3.820-an triliun, sejalan dengan PDB yang semakin besar.  

Hal tersebut dirinya sampaikan usai melaksanakan Rapat Kerja Banggar dengan Pemerintah dan Bank Indonesia terkait Laporan dan Pengesahan Hasil Kerja Panitia Kerja dalam Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2026 dan RKP Tahun 2026, Selasa (22/7/2025). 

“Belanja APBN kita tahun depan RAPBN itu sekitar Rp3.800 [triliun] sampai Rp3.820 triliun,” ujarnya. 

Membandingkan dengan pagu awal belanja dalam APBN 2025 yang senilai Rp3.621,3 triliun, artinya belanja tahun depan naik sekitar Rp178,7 triliun sampai dengan Rp198,7 triliun. 

Said menyampaikan bahwa kenaikan tersebut wajar karena porsi belanja dihitung berdasarkan produk domestik bruto (PDB)—yang diharapkan tumbuh 5% pada tahun ini dan akan menjadi dasar penghitungan untuk 2026. 

Politisi dari Fraksi PDI Perjuangan tersebut menegaskan angka yang dirinya sebutkan hanyalah proyeksi dari Banggar, sementara angka resmi belanja maupun pendapatan negara untuk tahun depan masih menunggu Nota Keuangan pada 15 Agustus 2025 mendatang. 

“Angkanya belum sama sekali muncul di Badan Anggaran [dari pemerintah], walaupun kita tahu kira-kira akan seperti apa. Tetapi kan tidak boleh mendahului nota keuangan karena ini menyangkut angka,” lanjutnya. 

Meski secara nominal belanja naik, namun secara rasio terhadap PDB justru turun. Membandingkan dengan APBN 2025 yang senilai Rp3. 621,3 triliun, artinya menjelaskan 16,36% dari PDB (PDB 2024 Rp22.139 triliun).

Sementara melihat lebih dalam hasil kesepakatan Panitia Kerja (Panja) dalam Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2026 tersebut, rasio belanja negara dipasang pada rentang 14,19%—14,83% dari PDB. 

Angka tersebut lebih tinggi dari Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) 2026 yang sebesar 14,19%—14,75%. 

Secara tren, belanja negara terus mengalami kenaika. Bahkan sejak 2022, belanja negara mulai menyentuh Rp3.096,2 triliun. Kemudian naik menjadi Rp3.121,2 triliun pada 2023 dan mencapai Rp3.412,2 triliun pada 2024. 

Selain postur belanja, DPR dan pemerintah juga telah mengesahkan rasio pendapatan, keseimbangan primer, defisit, maupun pembiayaan APBN tahun kedua Prabowo Subianto.

Berikut Postur Makro Fiskal 2026:

Indikator  KEMPPKF 2026 (%) Kesepakatan Panja 
Pendapatan Negara 11,71-12,22 11,71-12,31
a. Perpajakan 10,08-10,45 10,08-10,54
b. PNBP 1,63-1,76 1,63-1,76
c. Hibah 0,002-0,003 0,002-0,003
Belanja Negara 14,19-14,75 14,19-14,83
a.Belanja Pemerintah Pusat 11,41-11,86 11,41-11,94
b.Transfer ke Daerah 2,78-2,89 2,78-2,89
Keseimbangan Primer (0,18)-(0,22) (0,18)-(0,22)
Defisit (2,48)-(2,53) (2,48)-(2,53)
Pembiayaan
2,48-2,53 2,48-2,53


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro