Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anomali Perdagangan Bebas WTO, Ekonomi Negara Proteksionis Tumbuh Lebih Tinggi

WTO adalah organisasi perdagangan internasional yang didirikan pada 1995 untuk mendorong perdagangan bebas dan menghapus proteksionisme.
Siluet pegawai dengan latar gedung bertingkat di Jakarta, Senin (14/10/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Siluet pegawai dengan latar gedung bertingkat di Jakarta, Senin (14/10/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Riset terbaru Tholos Foundation mengungkap negara dengan hambatan perdagangan terbanyak menikmati pertumbuhan ekonominya tinggi dibandingkan dengan kawasan yang menerapkan perdagangan bebas. 

Perdagangan bebas adalah konsep di mana negara-negara saling bertukar barang dan jasa tanpa adanya hambatan perdagangan seperti tarif, kuota, atau pembatasan lainnya. Perdagangan bebas sendiri didorong sejak 1995 di bawah payung Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Dalam laporan bertajuk International Trade Barrier Index 2025, Tholos Foundation mengukur hambatan perdagangan baik secara langsung maupun tak langsung yang diberlakukan oleh 122 negara. Negara-negara tersebut berkontribusi ke 97% produk domestik bruto (PDB) global dan 80% populasi di dunia.

Hasilnya, lima negara peringkat teratas (hambatan perdagangan paling sedikit atau negara paling terbuka) adalah Hong Kong, Singapura, Israel, Kanada, dan Jepang.

Sebaliknya, lima negara peringkat terbawah (hambatan perdagangan paling banyak atau negara paling proteksionis) adalah Thailand, Venezuela, India, Rusia, dan Indonesia.

Tholos Foundation sendiri adalah organisasi pendidikan nirlaba yang didirikan pada tahun 1985 atas permintaan Presiden Ronald Reagan. Misi mereka adalah untuk mendorong ekonomi pasar bebas sebagai landasan dalam membangun masyarakat yang sejahtera. 

Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa lima negara paling proteksionis itu ternyata ekonominya tumbuh lebih tinggi dari lima negara paling terbuka.

Dalam laporan bertajuk World Economic Outlook edisi April 2025, IMF menunjukkan pada tahun lalu rata-rata pertumbuhan ekonomi lima negara paling proteksionis versi Tholos sebesar 4,68%. 

Perinciannya saat itu, Thailand tumbuh 2,5%; Venezuela tumbuh 5,3%, India tumbuh 6,5%, Rusia tumbuh 4,1%, dan Indonesia tumbuh 5%.

Di sisi lain, IMF menunjukkan pada tahun lalu rata-rata pertumbuhan ekonomi lima negara paling terbuka versi Tholos 'hanya' sebesar 2,28%. Dengan detail Hong Kong tumbuh 2,5%; Singapura tumbuh 4,4%; Israel tumbuh 0,9%; Kanada tumbuh 2,4%; dan Jepang tumbuh 1,2%.

Meski demikian, data perbandingan pertumbungan ini dengan mengabaikan indikator skala ekonomi, faktor investasi, dan lainnya. 

Dalam indeks hambatan perdagangan internasional 2025 versi Tholos, negara-negara maju memang cenderung menempati peringkat atas atau cenderung terbuka. Sebaliknya, negara-negara berkembang cenderung menempati peringkat bawah atau cenderung proteksionis.

Sementara itu, IMF mengungkapkan pada tahun lalu rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara maju hanya sebesar 1,8%. Sementara itu, negara-negara berkembang sebesar 4,3%.

Artinya, pertumbuhan ekonomi global masih ditopang oleh negara-negara berkembang. Sedangkan dalam konteks perdagangan internasional, negara-negara berkembang cenderung proteksionis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper