Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan kembali surplus pada April 2025, meski nilainya menurun. Artinya, tren surplus neraca dagang Indonesia masih akan berlanjut hingga 60 bulan secara beruntun.
Berdasarkan konsensus 16 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 diproyeksikan sebesar US$2,73 miliar.
Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Maret 2025 senilai US$4,33 miliar.
Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dengan nominal US$4,69 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Pantheon Macroeconomic Miguel Chanco dengan angka US$650 juta.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan neraca perdagangan pada April 2025 akan mengalami surplus sebesar US$2,45 miliar.
Menurutnya, ekspor akan meningkat 3,57% secara tahunan (year on year/YoY) namun turun 12,61% secara bulanan (month on month/MoM). Sejalan, impor diperkirakan naik 5,73% secara tahunan tetapi turun 5,58% secara bulanan.
Baca Juga
"Terms of trade melambat karena harga komoditas ekspor banyak yang turun terutama gas, metal [nickel, copper, tin], perkebunan [CPO, karet, kopi] lebih tajam dibandingkan komoditas impor [minyak, gandum yang turun]," jelas David kepada Bisnis, Rabu (14/5/2025).
Dia menilai penurunan ekspor dan impor secara bulanan itu terjadi karena faktor musiman pasca Lebaran. Alasannya, hari kerja lebih sedikit dan impor lebih banyak pada Ramadan atau bulan sebelumnya.
Sebaliknya, sambung David, nilai ekspor dan impor naik secara tahunan karena efek basis yang cenderung sangat rendah pada April tahun lalu.
Adapun, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kinerja neraca perdagangan Indonesia selama April 2025 pada Kamis (15/5/2025) esok.