Bisnis.com, JAKARTA— Pasar tenaga kerja global turut terseret efek tarif Trump seperti yang tecermin pada perekrut di Eropa dan Amerika Serikat.
Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (10/5/2025) pukul 15.14 WIB, laba bersih perusahaan perekrut kebanyakan tak mampu mencapai target, menunjukkan tekanan terhadap pasar tenaga kerja. Tekanan pasar tenaga kerja pun terlihat pada penurunan pembukaan lowongan pekerjaan di Negeri Paman Sam, UK dan Jerman.
Para perekrut pun menyeut bahwa dampakc tarif Trump mulai menunjukkan efeknya terhadap aktivitas perekrutan.
“Kami beraktivitas pada level perekrutan yang rendah,” ujar Randstad NV Chief Executive Officer Sander van’t Noordende dalam paparan kinerjanya.
Kebijakan perdagangan Trump yang kerap berubah memperburuk tantangan yang ada karena tekanan biaya dan kekhawatiran prospek anggaran perekrutan secara global. Situasi mendung terlihat pada PageGroup Plc yang mendapatkan kontribusi positif dari segmen rekrutmen sementara terhadap laba kotor perusahaan. Segmen ini, katanya, menunjukkan stabilitasnya di AS pada akhir tahun lalu setelah pandemi Covid-19 reda.
“Seluruh pemulihan ini berubah menjadi kekacauan,” ujar analis senior Bloomberg Intelligence Stuart Gordon, mengacu pada langkah Trump memulai perang dagang.
Baca Juga
Penurunan lebih rendah untuk posisi permanen menambah tantangan ekstra. Sikap perusahaan yang enggan mengurangi staf setelah terdampak pandemi Covid-19, dikombinasikan dengan kekhawatiran karyawan terkait pasar tenaga kerja akhirnya menciptakan stagnasi.
Chief Executive Adecco Group AG Denis Machuel mengatakan pasar perekrutan permanen sangat-sangat melandai di AS dan Eropa. Dalam sesi wawancara dengan Bloomberg, dia menyebut klien dalam mode menunggu.
Chief Financial Officer James Hilton Hays Plc pun melihat biaya di Jerman, pasar terbesarnya turun 9% akibat perlambatan sektor otomotif yang mendorong perekrutan tertahan. Jumlah formulir karyawan baru di sektor itu tercatat turun sekira 50% secara tahunan.
Kebijakan Trump pun membebani prospek firma perekrutan di UK. Robert Walters Plc and Hays mengatakan ada kemungkinan situasi sulit ini bertahan hingga 2026. Sementara itu, pelaku bisnis di UK telah mengurangi jumlah pekerja dengan kecepatan melebihi periode pandemi dengan kenaikan biaya tenaga kerja pada April.
Lalu, American groups Robert Half Inc. yang sebagian besar merekrut pekerja kantoran dan ManpowerGroup Inc. keduanya melaporkan hasil yang mengecewakan investor dengan menyitir peringatan klien sebagai faktor utamanya. Manpower bahkan memangkas dividen separuhnya pada kinerja kali ini.
Kemungkinan Peluang
Kendati demikian, ada peluang bagi firma perekrutan yang tidak mau mengambil risiko rekrutmen permanen akibat terbatasnya kejelasan sehingga membuka ruang pada tenaga kerja yang lebih fleksibel. Adecco telah melihat momentum positif meskipun tipis pada jumlah perekrutan sejak April.
Ada pula harapan di perusahaan AS melakukan ekspansi produksi domestiknya. Managing Director Robert Walter Amerika Utara Sean Puddle mengatakan Kimberly-Clark Corp. dan Apple Inc. melalui rencana ekspansi manufakturnya bernilai miliaran dolar AS bisa mendorong penciptaan lapangan kerja di bidang konstruksi dan manufaktur.
“Pertanyaan besarnya seberapa lama ini akan terasa hingga ke dasar dan seberapa besar dampaknya terhadap pasar tenaga kerja?” kata Puddle dalam wawancara.
Di sisi lain, China telah berhadapan dengan pembukaan lowongan kerja, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemangkasan upah sebelum tarif Trump berlaku. Mereka pun telah berjanji menjaga ketenagakerjaannya sejalan dengan kenaikan risiko perdagangan.
Platform layanan talenta Tongdao Liepin Group pasar rekrutmen menengah ke atas masih dalam proses mencapai titik terendahnya dan pemulihan, memperlihatkan lowongan pekerjaan yang makin stabil menuju akhir 2025. Analis Jefferies, termasuk Thomas Chong dalam hasil risetnya menyebut permintaan perekrutan untuk sektor tradisional seperti barang konsumsi belum pulih.
Perusahaan lainnya, Kanzhun Ltd. berharap belanja perekrutan mencapai titik terendahnya pada kuartal kali ini. Dengan demikian, Chief Financial Officer Kanzhun Ltd. Yu Zhang berharap ada pemulihan setelah perayaan Tahun Baru Imlek.