Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan para pejabat tidak terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga. Dia juga menyebut tarif dapat menyebabkan inflasi dan pengangguran yang lebih tinggi.
"Jika kenaikan tarif besar yang telah diumumkan berkelanjutan, kemungkinan akan menghasilkan kenaikan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan pengangguran," kata Powell dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/5/2025) setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari di Washington.
Dia melanjutkan, dampak pada inflasi bisa berlangsung singkat, mencerminkan pergeseran satu kali dalam tingkat harga. Namun, ada kemungkinan juga bahwa dampak inflasi justru bisa lebih persisten.
Para pejabat memberikan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan dana federal dalam kisaran 4,25% hingga 4,5%, yang telah berlaku sejak Desember. Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan mereka melihat risiko yang semakin meningkat dari inflasi yang lebih tinggi dan meningkatnya pengangguran.
"Ketidakpastian tentang prospek ekonomi telah meningkat lebih jauh," kata FOMC dalam pernyataannya. Mereka menambahkan, risiko pengangguran yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi telah meningkat.
Kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump telah memicu gelombang ketidakpastian di seluruh perekonomian. Sementara pungutan masih dinegosiasikan, para ekonom secara luas memperkirakan tarif yang ekspansif akan meningkatkan inflasi dan membebani pertumbuhan. Itu akan mengadu dua tujuan pembuat kebijakan - stabilitas harga dan lapangan kerja maksimum - satu sama lain.
Baca Juga
Dengan pengangguran yang masih rendah dan permintaan yang stabil, pejabat Fed mengatakan mereka merasa nyaman mempertahankan suku bunga tidak berubah sampai mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ke mana arah perekonomian. Powell mengulangi sentimen itu pada Rabu, menambahkan biaya untuk menunggu cukup rendah.
"Kami pikir kami berada di tempat yang tepat untuk bersikap wait and see terhadap perkembangan keadaan. Kami tidak merasa perlu terburu-buru. Kami merasa perlu bersabar," ujar Powell.
Tak Terpengaruh Tekanan Trump
Powell menyatakan bahwa jajaran komite bank sentral selalu melakukan hal yang sama dalam menentukan arah kebijakan moneter, juga menggunakan berbagai perangkatnya untuk mendorong lapangan kerja dan stabilitas harga demi kepentingan warga AS. Perintah presiden tidak akan mengubah proses itu.
"Kami akan selalu mempertimbangkan data ekonomi, prospek, keseimbangan risiko, dan hanya itu. Itu saja yang kami pertimbangkan. Jadi itu [perkataan Trump] sama sekali tidak memengaruhi pekerjaan kami atau cara kami melakukannya," ujar Powell dalam konferensi pers, Rabu (7/5/2025) waktu AS atau Kamis (8/5/2025) dini hari waktu Indonesia.
Powell juga menyatakan bahwa dia tidak pernah berusaha untuk bertemu dengan Presiden AS mana pun. Pertemuan yang berlangsung sebelumnya pun, menurutnya, terjadi atas permintaan sang pemimpin terpilih.
"Saya tidak pernah meminta pertemuan dengan presiden mana pun dan saya tidak akan pernah melakukannya. Tidak pernah ada alasan bagi saya untuk meminta pertemuan, selalu sebaliknya," ujarnya.