Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APPBI: Bisnis Hypermarket Semakin Tertekan Tahun Ini

Tahun ini, bisnis hypermarket diproteksikan semakin tertekan menurut APPBI
Lulu Hypermart, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025). / BISNIS - Ni Luh Anggela
Lulu Hypermart, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025). / BISNIS - Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memproyeksikan industri ritel modern, khususnya kategori usaha Hypermarket akan terus menghadapi tekanan hebat sepanjang tahun 2025.

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja menjelaskan tekanan ini bukan hanya terlihat dari penutupan permanen sejumlah merek besar, tetapi juga dari pengurangan jumlah gerai secara signifikan di berbagai kota besar seperti Jakarta.

Kondisi tersebut, diperkirakannya masih akan terus terjadi yang mana disebabkan oleh perubahan tren ataupun gaya berbelanja konsumen akibat telah terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat terutama di kota - kota seperti salah satunya adalah Jakarta.

"Sudah beberapa waktu kategori usaha hypermarket berada dalam tekanan yang mana ditandai dengan penutupan total secara permanen beberapa merek usaha dan pengurangan jumlah gerai dari beberapa merek usaha," ujarnya kepada Bisnis dikutip, Minggu (4/5/2025).

Sisi lain, sebutnya, kategori usaha supermarket dan minimarket masih akan terus bertumbuh pada tahun 2025 ini.

Dia menjelaskan kategori usaha supermarket apalagi minimarket tentunya memilki fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kategori usaha hypermarket yang relatif memerlukan persyaratan ataupun berbagai kondisi yang lebih tinggi seperti misalnya lokasi, investasi, segmen dan sebagainya.

Selain itu, dampak pandemi Covid-19 juga telah mempengaruhi gaya berbelanja masyarakat dimana pada saat pandemi masyarakat membeli kebutuhan hanya secukupnya dan seperlunya saja serta membeli di lokasi terdekat dengan rumah akibat pemberlakuan berbagai pembatasan oleh pemerintah.

"Sebelumnya, masyarakat biasanya membeli kebutuhan dalam jumlah relatif cukup banyak seperti misalnya belanja mingguan dan belanja bulanan di hypermarket yang mana sekarang tren ini sudah jauh berkurang," jelasnya.

Tak hanya itu, lanjutnya, daya saing harga juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi bisnis supermarket, minimarket dan hypermarket. 

Supermarket apalagi minimarket memiliki fleksibilitas usaha yang lebih tinggi sehingga biaya operasional relatif bisa lebih efisien, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual barang / produk.

Meski demikian, dia melihat permasalahan paling mendasar yang terjadi saat ini adalah menurunnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah bawah. 

Dia meminta pemerintah harus lebih serius dalam menangani daya beli masyarakat melalui penyediaan ataupun pemberian stimulus yang berdampak secara langsung untuk mengangkat daya beli masyarakat.

Strategi Peritel

Sisi lain peritel juga merespons secara positif momen Idulfitri yang baru saja berlalu mampu memberikan kontribusi peningkatan kinerja meski tidak signifikan yaitu rata - rata hanya sekitar 10% saja.

Namun setelah momen tersebut, peritel mengkhawatirkan periode low season yang panjang dan dalam. Guna menyiasatinya, peritel akan lebih gencar melakukan beragam program belanja dan promo.

"Namun promo dan program belanja ini hanya sementara waktu untuk memperpendek low season yang penting memperbaiki daya beli," tekannya.

Dia menegaskan tidak akan ada manfaatnya jika hanya mendorong tingkat kunjungan saja tanpa disertai ataupun dibarengi dengan upaya peningkatan daya beli masyarakat oleh pemerintah.

Tak hanya itu, menurutnya pusat perbelanjaan kini tidak bisa lagi hanya sekadar tempat belanja. Fungsi tersebut harus ditambahkan sebagai fungsi interaksi sosial dan pengalaman pelanggan sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia yang suka berkumpul secara langsung dan bukan di dunia maya.

Dia mencermati pusat perbelanjaan yang tidak dapat memberikan fasilitas tersebut akan semakin sepi. Pasalnya kini ritel juga harus semakin bersaing dengan marketplace.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper