Bisnis.com, JAKARTA — Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) angkat bicara terkait dengan kawasan GBK bakal menjadi salah satu aset yang dikelola oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
Direktur Utama PPKGBK, Rakhmadi A. Kusumo mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman transformasi kawasan GBK usai disebut-sebut bakal dikelola BPI Danantara.
Rakhmadi menuturkan bahwa pihaknya masih akan berkoordinasi lebih lanjut dengan kementerian dan lembaga terkait untuk membahas status PPKGBK ke depan.
Pasalnya, saat ini PPKGBK sendiri merupakan Badan Layanan Umum (BLU) yang pelaksanaan operasionalnya berada di bawah Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg).
“Tentunya, setiap proses perubahan akan dilakukan sesuai ketentuan hukum yang berlaku, dengan prinsip tata kelola yang baik serta mengedepankan kepentingan nasional,” kata Rakhmadi kepada Bisnis, Selasa (29/4/2025).
Lebih lanjut, Adi juga mengaku bakal terlebih dahulu menyelesaikan sengketa aset Blok 15 yang merupakan lahan ex-Hotel Sultan. Di mana, hotel itu sebelumnya dikelola oleh PT Indobuildco milik Pontjo Sutowo.
Baca Juga
Penyelesaian sengketa itu dilakukan guna memastikan seluruh aset di Kawasan GBK telah clean and clear.
“Untuk aset-aset tertentu yang saat ini masih dalam proses penyelesaian hukum, seperti Blok 15 atau lahan ex Hotel Sultan, kami percaya bahwa penyelesaiannya akan tetap mengacu pada prinsip pada kepentingan publik dan kepentingan negara,” tambahnya.
Pada saat yang sama, Adi juga memastikan bahwa PPKGBK bakal senantiasa menjaga kawasan nasional GBK dan siap mendukung langkah transformasi yang diarahkan oleh negara.
Sebelumnya, CEO Danantara Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan kawasan GBK, yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Sekretariat Negara, akan dikelola Danantara secara produktif.
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya konsolidasi aset nasional guna mendorong nilai kekayaan Danantara menembus US$1 triliun. Rosan mengatakan bahwa saat ini total aset BUMN yang dikelola Danantara mencapai US$982 miliar.
Oleh karena itu, masuknya GBK yang disebut memiliki valuasi senilai US$25 miliar pada 8 tahun lalu, bakal memperkuat posisi Danantara sebagai pilar baru pertumbuhan ekonomi nasional.
"Ini akan menjadi aset yang produktif, menghasilkan return on asset [ROA] dan return on investment [ROI] yang kompetitif sesuai benchmarking internasional," ucapnya.