Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mendorong pemerintah untuk memanfaatkan sejumlah kebijakan ekspor maupun deregulasi pajak, di kala Trump menunda tarif impor 32% untuk RI.
Fakhrul menyampaikan bahwa peluang re-shoring dari beberapa negara yang diekspektasikan akan terkana dampak lebih besar dari Indonesia—seperti Vietnam, Bangladesh, China, dan Thailand—dapat dioptimalkan.
Industri seperti tekstil garmen, sepatu, dan furnitur dapat menjadi industri yang memiliki prospek positif untuk Indonesia.
“Kebijakan terkait dengan deregulasi untuk perizinan usaha dan kemudahan ekspor harus dipercepat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (10/4/2025).
Sebagai bentuk negosiasi, Fakhrul mengamini pernyataan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebutkan bahwa Indonesia dapat melakukan impor dari AS untuk kedelai hingga LPG.
Untuk itu, peluang untuk meningkatkan impor dari Amerika Serikat terkait dengan sektor perminyakan, bahan kimia serta bahan pangan merupakan poin negosiasi yang perlu dimaksimalkan saat Trump memberikan angin segar dengan penundaan selama 90 hari.
Baca Juga
Sebagaimana keinginan Trump, agar neraca dagangnya yang terus defisit berbalik setidaknya menjadi setimbang.
Selain itu, perubahan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) menjadi hal penting untuk dilakukan juga secepatnya, karena banyak perusahaan AS yang ingin berinvestasi di Indonesia, terhambat karena hal ini.
“Dengan adanya tensi perang dagang, kita harus mendukung sirkulasi ekonomi domestik Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Adapun, pemerintah tengah menanti gilirannya bernegosiasi langsung ke AS. Pemerintah pun diketahui telah mengirimkan surat kepada pemerintah AS.
Di sisi lain, Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Paramadina Didik J. Rachbini menyadari bahwa memang Presiden Prabowo Subianto harus mengambil jalan politik karena akar masalahnya adalah politik, bukan ekonomi.
Meski pangsa pasar ekspor ke AS memang hanya sekitar 11% dari total ekspor Indonesia ke seluruh dunia, namun sedikit banyak perusahaan yang berorientasi ekspor—khususnya ke AS—akan terdampak.
Didik berpandangan, seandainya dalam waktu mendatang ekspor ke AS turun hingga 30%, maka akan menurunkan total ekspor Indonesia hingga 3%.
“Porsi inilah yang harus segera digantikan dengan pasar baru dan kesepakatan baru dengan negara-negara lain, yang juga terkena dampaknya.
Kurang dari 24 jam setelah tarif tersebut resmi berlaku pada 9 April 2025, Presiden Donald Trump merilis 56 negara dan kawasan yang dilakukan penundaan tarif resiprokal oleh AS, salah satunya Indonesia.