Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risalah The Fed Soroti Risiko Ganda: Inflasi Masih Menghantui, Pertumbuhan Melambat

Dalam rapat FOMC bulan lalu pejabat The Fed bahkan mengisyaratkan kemungkinan dilema berat bagi bank sentral dalam menentukan arah kebijakan selanjutnya.
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts

Bisnis.com, JAKARTA – Para pejabat penentu kebijakan Federal Reserve nyaris sepakat dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan lalu bahwa ekonomi Amerika Serikat menghadapi dua tantangan besar sekaligus.

Dua tantangan ini adalah ancaman inflasi yang masih mengintai dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Melansir Reuters, Kamis (10/4/2025), dalam risalah rapat FOMC yang dirilis Rabu, sejumlah pejabat The Fed bahkan mengisyaratkan kemungkinan munculnya dilema berat bagi bank sentral dalam menentukan arah kebijakan selanjutnya.

Pertemuan yang digelar pada 18-19 Maret berlangsung di tengah bayang-bayang ketidakpastian menyusul rencana tarif impor dari pemerintahan Trump. Langkah tersebut mendorong kehati-hatian di kalangan otoritas moneter.

Mereka membuka opsi mempertahankan suku bunga tinggi jika inflasi tak kunjung reda, atau justru menurunkannya bila ekonomi menunjukkan tanda-tanda pelemahan yang lebih serius.

Risalah mencatat bahwa hampir seluruh peserta melihat risiko inflasi kini cenderung naik, sementara prospek lapangan kerja dinilai mulai melemah.

“Beberapa anggota mencermati bahwa Komite mungkin akan dihadapkan pada pilihan yang sulit jika inflasi tetap tinggi di saat ekonomi dan pasar tenaga kerja justru menunjukkan perlambatan,” demikian kutipan dalam risalah FOMC.

Pada 2 April, Presiden Trump kembali menggebrak dengan mengumumkan tarif impor yang lebih agresif dan luas dari sebelumnya. Pasar saham sempat terpuruk, namun pulih tajam setelah Trump mengumumkan penundaan tarif terhadap sebagian besar negara selama 90 hari.

Langkah ini memberi napas lega sementara bagi pasar. Wall Street melonjak lebih dari 6% dan pelaku pasar memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dari empat menjadi tiga kali. Namun, reaksi ini justru menegaskan tingkat ketidakpastian tinggi yang selama ini menjadi perhatian utama The Fed.

Bahkan sejak Maret, para pejabat bank sentral sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi, menaikkan estimasi inflasi tahun 2025, serta mengurangi jumlah pemangkasan suku bunga yang diperkirakan tahun ini dari tiga menjadi dua kali.

“Sejumlah peserta juga turut memperingatkan bahwa gejolak harga secara tiba-tiba di pasar keuangan bisa memperbesar dampak negatif dari guncangan ekonomi, menambah tekanan bagi pengambil kebijakan,” tulis risalah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper