Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini besarnya surplus neraca perdagangan negara-negara Asean menjadi penyebab Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tinggi.
Airlangga menjelaskan, Asean merupakan klaster kawasan yang memberi defisit neraca perdagangan terbesar kedua ke Amerika Serikat (AS), yakni sebesar US$239,9 miliar. Dalam konteks ini, Asean hanya kalah dari China.
Perinciannya, Vietnam memberi andil terhadap defisit neraca perdagangan AS sebesar US$129,4 miliar, Thailand sebesar US$48,3 miliar, Malaysia sebesar US$26,1 miliar, dan Indonesia sebesar US$19,3 miliar.
"Empat negara Asean ini masuk ke 15 negara yang mengakibatkan defisit di Amerika," ungkap Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4/2025).
Selanjutnya, papar Airlangga, Kamboja juga memberi andil terhadap defisit neraca perdagangan AS sebesar US$13,1 miliar, Filipina sebesar US$5,3 miliar, dan Laos sebesar US$0,8 miliar.
Hanya Singapura yang merupakan negara Asean yang menyumbang surplus neraca perdagangan AS, yaitu sebesar US$2,4 miliar.
Baca Juga
"[Oleh sebab itu] tarif negara Asean rata-rata tinggi," ujar Airlangga.
Sebagai informasi, untuk kawasan Asean, Trump mengenakan tarif timbal balik sebesar 32% ke Indonesia. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia (24%) dan Filipina (17%).
Sementara itu, Kamboja (49%) menjadi negara dengan tarif timbal balik tertinggi di kawasan Asean, disusul Laos (48%), Vietnam (46%), Myanmar (44%), dan Thailand (36%). Adapun Singapura menjadi negara di Asean dengan tarif terendah, yaitu 10%.
Airlangga menyampaikan bahwa kesamaan nasib negara-negara Asean itu menjadi krusial. Oleh sebab itu, Presiden Prabowo Subianto sengaja terbang ke Kuala Lumpur untuk menemui Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, beberapa waktu lalu.
"Untuk menyatukan langkah Asean karena ini adalah strategi yang diambil Asean," jelas politikus Partai Golkar itu.
Pada kesempatan berbeda, Airlangga memang sempat menyebutkan bahwa para menteri perdagangan negara-negara anggota Asean akan berkumpul pada 10 April 2025 untuk membahas perihal kebijakan tarif timbal balik Trump.
Dia mengklaim bahwa semua negara Asean sepakat untuk tidak melakukan retaliasi, melainkan mengambil jalur negosiasi dengan AS. Caranya, yaitu dengan memperbarui kesepakatan US-Asean Trade and Investment Facilitation Agreement (TIFA).
"Karena TIFA sendiri secara bilateral ditandatangani pada tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi, sehingga kita akan mendorong berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA," jelas Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2025).