Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Respons Kebijakan Resiprokal AS: China - Eropa Melawan, India - RI Negosiasi

Puluhan negara yang terdampak oleh tarif Resiprokal memberikan respons yang beragam atas kebijakan resiprokal seperti retaliasi hingga negosiasi
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA —  Puluhan negara memberi respons beragam atas kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal dari Amerika Serikat (AS). China dan Eropa menerapkan Retaliasi atau memberikan tarif balasan atas kebijakan Resiprokal Amerika Serikat (AS). Sementara Indonesia hingga India memilih jalur negosiasi.

Dalam pemaparan pada acara Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4/2025) Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan China merespon dengan menetapkan tarif balasan (Retaliasi) sebesar 34% atas semua barang dari Amerika Serikat (AS), yang mulai berlaku pada 10 April 2025.

China sendiri diketahui dikenakan tarif timbal balik dari AS sebesar 34% untuk barang China yang masuk ke negeri Paman Sam.

Selain itu, China juga akan menerapkan kontrol ekspor terhadap logam tanah jarang, yang dapat berdampak besar pada sektor teknologi global.

Vietnam, kata Airlangga meminta penundaan penerapan tarif dan mengusulkan untuk melakukan negosiasi dengan AS. Vietnam juga menunjukkan kesediaannya untuk menawarkan tarif impor barang AS hingga 0%, termasuk produk dari merek terkenal seperti NIKE.

Sementara itu, India yang dikenakan biaya impor 26% memilih untuk tidak memberlakukan tindakan balasan dan lebih memfokuskan upayanya pada pendekatan diplomatik.

”India akan lebih fokus pada pendekatan diplomatik serta negosiasi bilateral dengan AS,” ujar Airlangga.

Malaysia juga menolak untuk melakukan retaliasi tarif dan mengedepankan pendekatan diplomatik.

Tetangga serumpun Indonesia ini berusaha mengoptimalkan perjanjian perdagangan seperti FTAs, CPTPP, dan RCEP untuk menjaga hubungan perdagangan yang stabil dengan berbagai negara.

Thailand mengungkapkan kesiapan untuk melakukan negosiasi lebih lanjut dan mempertimbangkan diversifikasi pasar.

Di sisi lain, Filipina melihat tarif yang dikenakan oleh AS, sebesar 17%, sebagai peluang untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara tersebut.

Uni Eropa (UE) menyiapkan tindakan balasan terhadap kebijakan China dan membuka peluang untuk melakukan negosiasi guna mencapai solusi yang saling menguntungkan.

Brasil, sebagai bagian dari respons terhadap kebijakan ini, mempertimbangkan untuk mengajukan tindakan hukum ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Berikut respons negara-negara tetangga terhadap kebijakan impor Trump

Negara yang menerapkan tarif balasan (Retaliasi) terhadap biaya impor yang dikenakan oleh AS: Kanada, China, dan Uni Eropa

Negara yang melakukan negosiasi dengan AS: India, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Australia, Vietnam, Kamboja Malaysia, dan Singapura : 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper