Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mewanti-wanti ancaman potensi curah hujan dengan intensitas tinggi sepanjang April 2025 yang berdampak pada budidaya tanaman padi di sejumlah wilayah sentra produksi.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan curah hujan pada April 2025 diperkirakan berada dalam kategori menengah—tinggi. Hal ini sebagaimana mengacu analisis dan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Perlu diwaspadai perkiraan curah hujan kriteria sangat tinggi pada sejumlah wilayah sepanjang April tahun ini, yang dapat mengganggu budidaya tanaman padi,” kata Habibullah dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS, Selasa (8/4/2025).
Habibullah menuturkan bahwa curah hujan sangat tinggi terjadi di sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Papua Tengah, dan sebagian Papua Selatan.
Sementara itu, BMKG memperkirakan sejumlah wilayah akan diguyur hujan rendah—menengah pada Mei 2025. Namun, curah hujan tinggi—sangat tinggi diperkirakan terjadi di sebagian kecil Jawa Barat, sebagian kecil Jawa Tengah, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur bagian barat, dan Kalimantan Utara bagian timur.
Curah hujan tinggi—sangat tinggi juga diperkirakan terjadi di sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Kalimantan Tengah, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara. Lalu, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, sebagian kecil Papua Tengah, dan sebagian Papua Selatan.
Baca Juga
Kendati demikian, Habibullah menyampaikan bahwa secara umum curah hujan di seluruh wilayah Indonesia berada pada kriteria menengah hingga tinggi. Kondisi ini mendukung kegiatan budidaya tanaman padi sepanjang Februari—Mei 2025.
Dalam hal harga beras, BPS mencatat harga beras terus mengalami kenaikan, baik di tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran pada Maret 2025.
Harga rata-rata beras di tingkat grosir, misalnya, naik tipis menjadi Rp13.757 per kilogram. Sementara itu, pada Februari 2025, rata-rata harga beras hanya mencapai Rp13.604 per kilogram.
“Di tingkat grosir, terjadi inflasi [beras] sebesar 1,12% secara month-to-month dan terjadi deflasi 4,41% secara year-on-year,” ungkapnya.
Sama halnya dengan rata-rata harga beras di pedagang eceran yang mulai merangkak menjadi Rp14.795 per kilogram, atau naik 0,55% dibandingkan bulan sebelumnya di harga Rp14.715 per kilogram. Namun, terjadi deflasi sebesar 4,06% secara tahunan.
Di samping itu, rata-rata harga beras di tingkat penggilingan naik secara bulanan, yakni sebesar 0,81%. Namun, rata-rata harganya turun 8,93% secara tahunan.
Perinciannya, rata-rata harga beras di penggilingan naik dari Rp12.784 per kilogram pada Februari 2025 menjadi Rp12.887 per kilogram pada Maret 2025.
“Rata-rata harga beras di penggilingan pada Maret 2025 naik sebesar 0,81% secara month-to-month dan turun sebesar 8,93% secara year-on-year,” imbuhnya.
Meski demikian, Habibullah menjelaskan bahwa harga beras yang disampaikan BPS merupakan rata-rata harga yang mencakup berbagai jenis kualitas beras.