Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OECD Wanti-Wanti Perang Dagang Bakal Hambat Pertumbuhan Ekonomi Global

OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,1% pada 2025 dan 3,0% pada 2026 dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,3%.
Logo The Organisation of Economic Cooperation and Development (OECD) yang berada di kantor pusatnya, Paris, Prancis. / Bloomberg-Antoine Antoniol
Logo The Organisation of Economic Cooperation and Development (OECD) yang berada di kantor pusatnya, Paris, Prancis. / Bloomberg-Antoine Antoniol

Bisnis.com, JAKARTA – Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memperingatkan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global serta meningkatkan inflasi.

Melansir Reuters, Selasa (18/3/2025), OECD memperkirakan bahwa kebijakan tarif ini akan memberikan beban langsung yang besar bagi rumah tangga AS, dengan risiko perlambatan ekonomi yang lebih besar dibandingkan pendapatan tambahan dari pajak impor.

Dalam laporan proyeksi ekonomi terbaru, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari 3,2% pada 2024 menjadi 3,1% pada 2025 dan 3,0% pada 2026. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,3% untuk 2025 dan 2026.

Di AS, pertumbuhan ekonomi diperkirakan turun dari 2,4% menjadi 2,2% tahun ini, dan akan semakin melemah menjadi 1,6% pada 2026. Dampak lebih besar akan dirasakan Meksiko, yang diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi sebesar 1,3% tahun ini dan 0,6% tahun depan, dibandingkan proyeksi sebelumnya yang masih menunjukkan pertumbuhan positif.

Sementara itu, Kanada diprediksi mengalami perlambatan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi hanya 0,7% pada 2025 dan 2026, jauh di bawah proyeksi awal sebesar 2%.

Dampak negatif tarif juga terlihat dalam berbagai indikator ekonomi AS. Pada Jumat lalu, University of Michigan melaporkan bahwa sentimen konsumen turun ke level terendah dalam 2,5 tahun akibat kekhawatiran atas kebijakan tarif. Indeks manufaktur di New York juga mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun, sementara biaya input produksi melonjak tajam.

Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump telah mengumumkan berbagai kebijakan tarif yang agresif.

Trump menaikkan tarif 20% untuk semua impor dari China dan merencanakan tarif 25% untuk sebagian besar impor dari Meksiko dan Kanada, yang akan mulai berlaku pada April, sebagai upaya menekan arus perdagangan fentanyl ke AS. Tarif 25% untuk baja dan aluminium juga diberlakukan pekan lalu tanpa pengecualian.

Trump juga akan mengenakan tarif otomotif mulai 2 April serta menerapkan kebijakan "tarif timbal balik," di mana AS akan mengenakan tarif setara terhadap negara-negara yang membebankan pajak impor pada barang AS.

Ketidakpastian ini telah mengguncang pasar keuangan global. Indeks S&P 500 telah anjlok lebih dari 10% sejak mencapai rekor tertinggi pada pertengahan Februari, meskipun dalam dua sesi terakhir mulai mengalami pemulihan.

Di sisi lain, para pejabat Kanada mengecam kebijakan tarif Trump yang dinilai bertentangan dengan perjanjian dagang USMCA.

Konsul Jenderal Kanada Colin Bird mengatakan Kanada menghadapi tarif yang diterapkan secara sewenang-wenang dan tidak sesuai dengan komitmen yang telah disepakati dalam USMCA.

"Ini bukan hanya masalah bagi Kanada, tetapi juga merusak kredibilitas AS dalam negosiasi perdagangan global,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper