Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor sektor industri pengolahan atau manufaktur pada Februari 2025 tumbuh positif di tengah maraknya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda sejumlah industri di Tanah Air.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor industri pengolahan pada Februari 2025 mencapai US$17,65 miliar atau tumbuh 3,17% (month-to-month/MtM) dibanding bulan sebelumnya US$17,11 miliar.
“Komoditas yang mendorong kenaikan ekspor sektor industri pengolahan pada Februari 2025 secara month-to-month, pertama adalah minyak kelapa sawit, meningkat 47,57%,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (17/3/2025).
Selain minyak kelapa sawit, Amalia juga mengungkap bahwa komoditas yang mendorong kenaikan ekspor sektor ini yakni mesin untuk keperluan umum yang meningkat sebesar 105%.
Lalu, ada barang perhiasan atau barang berharga yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 14,38%.
Kendati begitu, Amalia belum dapat berkomentar lebih lanjut mengenai maraknya PHK di Tanah Air meski kinerja ekspor sektor industri pengolahan cukup positif.
Baca Juga
Amalia mengatakan, perlu menunggu data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan oleh BPS untuk bisa menjawab hal tersebut.
Dia mengungkapkan saat ini BPS tengah melakukan survei ketenagakerjaan nasional dan datanya masih dalam proses pengolahan.
“Ini perlu kita sandingkan nanti dengan data Sakernas yang saat ini masih diolah tentunya kami belum bisa menjawab karena datanya perlu kita lihat secara lebih tepat,” tuturnya.
Sebelumnya, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mencatat sebanyak 60.000 buruh dari 50 perusahaan mengalami PHK sepanjang Januari-Februari 2025.
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan gelombang PHK masih terjadi besar-besaran lantaran perusahaan pailit, efisiensi karyawan, hingga relokasi pabrik ke negara lain seperti China dan Jepang.
“Berdasarkan laporan dari daerah KSPI dan Partai Buruh se-Jawa, ada 37 perusahaan yang telah melakukan PHK tanpa kepastian untuk mendapatkan pesangon dan THR, termasuk laporan dari buruh Sritex yang mengadu ke Posko KSPI dan Partai Buruh di Sukoharjo,” katanya, dikutip Minggu (16/3/2025).