Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan China berencana menjual surat utang pemerintah tenor dua tahun senilai 167 miliar yuan (US$23 miliar) atau sekitar Rp375,49 triliun (asumsi JISDOR Rp16.326 per dolar AS) pada Jumat (14/3/2025).
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (11/3/2025), penawaran obligasi bertenor dua tahun tersebut merupakan yang terbesar dalam satu kali lelang. Obligasi tenor 30 tahun senilai 30 miliar yuan lainnya juga akan dilelang pada Jumat (14/3/2025).
Belakangan, pasar keuangan China memang sedang memburuk menyusul tren arus modal keluar.
Sementara itu, imbal hasil obligasi China melonjak tahun ini karena keengganan bank sentral PBOC untuk melonggarkan kebijakan moneter, likuiditas yang ketat, dan optimisme terhadap pasar saham.
Imbal hasil obligasi pemerintah tenor dua tahun juga naik ke level tertinggi sejak Oktober pada Senin (10/3/2025), setelah melonjak sekitar 50 basis poin sejak awal Januari. Lonjakan itu diyakini akan membuat investor akan menunggu sebelum membeli obligasi karena khawatir mengalami kerugian seperti penurunan nilai obligasi.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah tenor 30 tahun naik menjadi 2% untuk pertama kalinya pada tahun ini karena tren aksi jual investor terus berlanjut. Obligasi acuan 10 tahun turut naik tiga basis poin menjadi 1,91%.
Baca Juga
Kendati demikian, Senior Strategist Australia & New Zealand Banking Group Zhaopeng Xing meyakini masih terlalu dini untuk mengatakan hasil lelang penawaran surat utang baru pemerintah China itu akan buruk. Di samping itu, dia menggarisbawahi bahwa hasil lelang akan menjadi barometer sentimen di pasar.
Sebagai informasi, pemerintah China memang menaikkan target defisit anggaran menjadi sekitar 4% terhadap produk domestik bruto—level tertinggi dalam lebih dari tiga dekade. Pasokan utang China berupa obligasi pemerintah baru pada tahun ini pun akan meningkat menjadi 11,86 triliun yuan.