Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50% resmi berakhir pada Februari 2025. Masyarakat yang memiliki daya listrik di bawah 2.200 VA merasakan keuntungan karena bisa menghemat pengeluaran.
Beban bayar listrik yang lebih ringan tersebut artinya memberikan ‘napas’ bagi masyarakat karena alokasi dana untuk membayar listrik dapat dialihkan untuk kebutuhan lainnya.
Pada kenyataannya meski terdapat diskon setengah harga, masyarakat mengaku tetap merasakan beban pengeluaran yang berat karena harga-harga mengalami peningkatan.
Rachman (30), pekerja swasta di Jakarta, memang turut merasakan diskon tersebut. Sebagai kepala keluarga, pengeluarannya pada Januari dan Februari tidak berbeda jauh, malahan semakin besar karena naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok.
Dirinya bersama istri yang menerapkan skema pos-pos anggaran untuk kebutuhan bulanannya mengaku sisa alokasi digunakan untuk menutupi kekurangan kebutuhan.
“Meski tarif listrik turun, tetapi untuk keperluan makan sehari-hari terasa berat. Harga cabai saja sekarang tembus Rp110.000 per kg,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (4/3/2025).
Baca Juga
Untungnya, kata Rachman, porsi untuk menabung tetap aman dan tidak tergerus karena tambahan beban keperluan tersebut.
Sementara bagi Rahmad (34), dirinya memanfaatkan kesempatan diskon 50% ini dengan memaksimalkan pembelian token lebih banyak dari pembelian rutin.
Misalnya, Rahmad yang biasanya membeli token sebesar Rp300.000 per bulan, dirinya membeli Rp600.000 per bulan karena mendapatkan daya listrik dua kali lipat.
“Alokasi PLN di bulan mendatang yang tidak terpakai untuk tambahan kebutuhan harian yang kadang masih kurang dari yang sudah dibujetin, dan kalau masih sisa, untuk jajan,” tuturnya.
Senada dengan Azkia yang tinggal di Bogor, Jawa Barat, dirinya juga memaksimalkan diskon tersebut untuk membeli token sampai batas maksimal per bulannya.
Alhasil, stok daya listrik tersebut dapat memenuhi kebutuhan listrik sampai beberapa bulan ke depan. Bahkan jika sesuai perkiraannya, stok listrik yang dirinya beli pada Januari dan Februari lalu, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan satu tahun.
Dirinya pun sukses berhemat karena tidak perlu membeli token pada bulan-bulan selanjutnya.
"Uangnya [sisa] buat ditabung saja. Bisa saving kurang lebih Rp1,6 juta,” ujar Azkia.
Pada dasarnya, diskon tarif listrik 50% tersebut diberikan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga, seiring dengan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menjadi 12% mulai 1 Januari 2025.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam melihat masyarakat memang akan memiliki sisa alokasi dana yang dapat diperuntukkan kebutuhan lain, tetapi hal tersebut terjadi hanya jika sumber penghasilannya minimal tetap.
“Masalahnya sebagian masyarakat kita mengalami penurunan income. Yaitu mereka yang terkena PHK, atau para pengusaha mikro kecil omzet usaha mereka turun ditengah kondisi saat ini,” ujarnya, Selasa (4/3/2025).
Hal ini kemudian ditunjukkan dengan data menurunnya tabungan perorangan khususnya tabungan kecil dibawah Rp100 juta.
Mengacu data penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Indonesia, kategori tabungan rupiah pada Januari 2025 tercatat senilai Rp2.652,5 triliun. Angka tersebut turun dari jumlah tabungan rupiah pada Desember 2024 yang senilai Rp2.684,2 triliun.
Piter memandang diskon listrik hanya bersifat sementara mengurangi beban pemerintah, namun tidak permanen. sementara penurunan pendapatan karena PHK tidak jelas kapan akan terjadi lagi.