Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Nilai Tukar Petani di 22 Provinsi Naik pada Februari 2025, Sulut Tertinggi

Peningkatan NTP tertinggi terjadi di Sulawesi Utara, yakni sebesar 4,14%. Disusul Kepulauan Babel sebesar 3,7%
Petani mengontrol mesin pompa air tanah untuk mengairi sawah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Rabu (4/10/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengimpor beras (HS 8 digit) sebanyak 1,59 juta ton sepanjang periode Januari-Agustus 2023 - JIBI/BISNIS.
Petani mengontrol mesin pompa air tanah untuk mengairi sawah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Rabu (4/10/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengimpor beras (HS 8 digit) sebanyak 1,59 juta ton sepanjang periode Januari-Agustus 2023 - JIBI/BISNIS.

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 22 provinsi mengalami kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Februari 2025.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan peningkatan NTP tertinggi terjadi di Sulawesi Utara (Sulut), yakni sebesar 4,14%. Disusul Kepulauan Babel sebesar 3,7%, Papua Selatan 2,36%, Kalimantan Selatan 1,82%, D.I. Yogyakarta 1,65%, dan Bali sebesar 0,33%.

“Sebanyak 22 provinsi mengalami kenaikan NTP dengan peningkatan tertinggi di Sulawesi Utara sebesar 4,14%. Sementara itu, 16 provinsi mengalami penurunan NTP,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (3/3/2025).

Amalia menuturkan, penurunan NTP terdalam pada Februari 2025 terjadi di Sumatera Barat, yakni mencapai 2,79%. Dia menjelaskan, penurunan ini lantaran Indeks Harga Terima Petani (It) yang mengalami penurunan lebih besar dari penurunan Indeks Harga Bayar Petani (Ib).

BPS mencatat, komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan di provinsi ini di antaranya kakao atau cokelat biji, bawang merah, gabah, kol, dan telur ayam ras.

Secara keseluruhan, NTP pada Februari 2025 adalah sebesar 123,45 atau turun 0,18% dibandingkan Januari 2025. Penurunan NTP terjadi karena It turun 0,50% lebih tinggi Ib yang sebesar 0,32%.

Amalia menjelaskan, komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan It nasional adalah cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kakao atau cokelat biji.

Sementara itu, subsektor yang mengalami peningkatan NTP di antaranya tanaman pangan (NTPP), tanaman perkebunan rakyat (NTPR), dan perikanan (NTNP). Sedangkan subsektor peternakan (NTPT) dan hortikultura (NTPH) mengalami penurunan NTP.

BPS mencatat, subsektor hortikultura mengalami penurunan NTP yang cukup dalam, yakni sebesar 6,84%. Hal ini disebabkan penurunan It yang sebesar 7,08% atau lebih besar dari penurunan Ib 0,25%.

Di sisi lain, komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan It adalah cabai rawit, bawang merah, cabai merah, tomat dan kol kubis.

Data BPS juga menunjukkan, nilai tukar nelayan (NTN) mengalami peningkatan sebesar 0,91% pada Februari 2025. “Hal ini karena kenaikan It sebesar 0,89% dan penurunan Ib yang sebesar 0,01%,” imbuhnya.

Amalia menuturkan komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It di antaranya tongkol, layang, cakalang, teri, dan cumi-cumi.

Menurut wilayah, sebanyak 27 provinsi mengalami kenaikan NTN dengan peningkatan tertinggi di Bali sebesar 3,65%. Sementara itu, ada 10 provinsi mengalami penurunan NTN.

“Penurunan [NTN] terdalam terjadi di Kalimantan Selatan sebesar 2,03%. Sebagai informasi, provinsi Papua Pegunungan tidak memiliki NTN,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper