Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar bursa Asia ditutup menguat pada Selasa (18/2/2025) ditengah koreksi yang terjadi pada pasar China setelah pertemuan Presiden Xi Jinping dengan tokoh-tokoh bisnis di negara tersebut.
Melansir Bloomberg, indeks saham acuan China Daratan dan indeks ekuitas Asia melemah, sementara saham-saham teknologi yang terdaftar di Hong Kong turun dari level tertinggi dalam tiga tahun.
Indeks komposit Shanghai di China terkoreksi 0,93% ke level 3.324,49. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia juga ditutup turun 0,66% pada kisaran 8.481,01
Meski demikian, sebagian besar pasar Asia masih mencatatkan kenaikan pada perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang ditutup menguat 0,31% ke level 2.775,51, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,63% pada level 2.626,81.
Selanjutnya, indeks Hang Seng Hong Kong terpantau naik 1,07% ke level 22.857,95. Kemudian, indeks Straits Times STI Singapura ditutup menguat 0,49% pada level 3.924,03.
Dolar AS menguat terhadap semua mata uang utama di Grup 10, dengan indeks greenback Bloomberg menghentikan penurunan tiga hari. Sebelumnya, Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan data ekonomi baru-baru ini mendukung upaya mempertahankan suku bunga AS sampai terlihat adanya kemajuan dalam inflasi.
Baca Juga
“Tidak ada pendorong yang jelas bagi melemahnya pasar sore ini. Fokusnya saat ini tetap pada katalis berikutnya, dengan investor mencari arah setelah reli baru-baru ini," ujar Frederic Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc di Hong Kong.
Saham China telah menguat pada awal sesi Asia menyusul pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan para pemimpin bisnis hari Senin kemarin. Beberapa analis melihat pertemuan tersebut sebagai kemungkinan akhir dari tindakan keras yang telah berlangsung selama bertahun-tahun terhadap sektor swasta.
Pertemuan Xi dihadiri oleh banyak nama besar dalam bisnis China selama dekade terakhir, yang mewakili industri mulai dari pembuatan chip dan kendaraan listrik hingga AI. KTT tersebut menunjukkan sikap Beijing yang lebih lunak terhadap perusahaan-perusahaan yang menggerakkan sebagian besar perekonomian, sama seperti Washington meningkatkan kampanye tarif global yang berpotensi melemahkan.
Saham Australia memperpanjang kerugian setelah bank sentral memangkas suku bunga acuannya. Mata uang dolar Australia sempat menguat sebelum memangkas kenaikannya setelah bank sentral negara tersebut mengatakan pihaknya tetap berhati-hati terhadap pelonggaran di masa depan setelah menurunkan suku bunga resmi.