Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Ditutup Menghijau, Pasar China Paling Perkasa

Indeks saham Asia menguat selama tiga hari beruntun dengan perusahaan teknologi menjadi kontributor terbesar.
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota
Papan saham elektronik menampilkan grafik pergerakan indeks Nikkei 225 di luar perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 6 Januari 2025./Bloomberg-Kiyoshi Ota

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia ditutup menguat ke level tertinggi dalam tujuh pekan pada Kamis (6/2/2025), dengan imbal hasil treasury yang lebih rendah mendorong sentimen risiko karena tidak adanya ketegangan perdagangan global lebih lanjut.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang ditutup naik 0,25% ke level 2.752,20 sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 1,10% ke level 2.536,75. Selanjutnya, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 1,11% ke level 20.824,81.

Sementara itu, bursa China juga ditutup menguat setelah indeks komposit Shanghai naik 1,27% ke level 3.270,66. Adapun, indeks S&P ASX 200 Australia menguat 1,23% ke level 8.520,71.

Indeks saham Asia menguat selama tiga hari beruntun dengan perusahaan teknologi menjadi kontributor terbesar. Saham-saham China mengungguli pasar lain di Asia karena tidak adanya guncangan tarif negatif menyebabkan kembalinya selera risiko.

Pasar global mengalami volatilitas yang tinggi sejak Senin setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk mengenakan dan kemudian menunda tarif terhadap Kanada dan Meksiko. AS menerapkan pungutan sebesar 10% terhadap seluruh impor dari China, yang segera dibalas dengan sejumlah pungutan terhadap AS. 

“Pasar Asia sedang mengambil jeda dari ketidakpastian sebelumnya mengenai tarif AS-China,” kata Gary Ng, ekonom senior di Natixis SA. “Namun, faktor Trump akan terus menjadi sumber utama volatilitas, dan potensi hubungan AS-China akan terus mendorong arus investasi,” ujarnya.

Yen memangkas sebagian besar kenaikannya terhadap dolar AS. Anggota dewan Bank of Japan yang paling hawkish, Naoki Tamura, mengatakan bahwa 1% bukanlah tingkat pasti tingkat netral bagi perekonomian, sambil menyoroti bahwa risiko kenaikan harga meningkat secara bertahap.

Mata uang Jepang juga menghadapi permintaan baru dari dana lindung nilai di tengah volatilitas perdagangan di pasar mata uang.

Treasury merosot di perdagangan Asia setelah menguat pada hari Rabu. Imbal hasil obligasi 10-tahun AS turun sembilan basis poin menjadi 4,42% selama sesi tersebut, sementara imbal hasil obligasi dua-tahun yang sensitif terhadap kebijakan turun tiga basis poin menjadi 4,18%. Keduanya merupakan level terendah sejak pertengahan Desember.

Sementara itu, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan fokus pemerintahan Trump dalam menurunkan biaya pinjaman adalah imbal hasil Treasury 10-tahun, bukan suku bunga acuan jangka pendek Federal Reserve.

Pada perkembangan lain di Asia, inflasi Vietnam meningkat pada laju tercepat dalam enam bulan dan Singapura mengatakan akan segera mengumumkan langkah-langkah pasar saham.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper