Bisnis.com, JAKARTA — Filipina baru-baru ini mengumumkan keadaan darurat ketahanan pangan imbas lonjakan harga beras yang tak terkendali.
Perlu diketahui, Departemen Pertanian Filipina (DA) mengumumkan keadaan darurat keamanan pangan beras pada 3 Februari 2025.
Pemerintah Filipina mengambil langkah untuk mengendalikan kenaikan harga yang semakin membebani masyarakat di tengah tekanan ekonomi dan ketergantungan pada impor.
Dikutip dari Reuters, Minggu (16/2/2025), Filipina mengumumkan keadaan darurat keamanan pangan untuk menurunkan harga beras, yang menurutnya tetap tinggi meskipun harga global lebih rendah dan pengurangan tarif beras tahun lalu.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
Merespons keadaan darurat ketahanan pangan di Filipina, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan) Moch. Arief Cahyono mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada.
Baca Juga
Arief menyebut bahwa pemerintah melalui Kementan telah menyiapkan berbagai program strategis untuk mengantisipasi potensi krisis pangan.
“Kami prihatin dengan situasi di Filipina, tetapi tidak terkejut. Pak Menteri Pertanian [Mentan] Andi Amran Sulaiman sudah jauh-jauh hari mengingatkan potensi krisis pangan global. Karena itu, kami telah menyiapkan berbagai program strategis untuk mengantisipasinya,” katanya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Minggu (16/2/2025).
Arief menyampaikan bahwa Kementan meminta Perum Bulog mengoptimalkan penyerapan gabah petani untuk menjamin ketahanan pangan nasional terus terjaga.
Dia menyatakan bahwa produksi padi meningkat di hulu. Di sisi lain, lanjutnya, Bulog memiliki peran kunci untuk menyerap gabah petani.
“Kami yakin Bulog bisa menjalankan tugasnya dengan baik sehingga stok beras nasional tahun ini tetap aman,” ujarnya.
Sebagai upaya mendukung penyerapan gabah, pemerintah telah mengalokasikan tambahan anggaran Rp16,6 triliun untuk Perum Bulog, dengan target menyerap 3 juta ton setara beras hingga April 2025 mendatang.
Selain dukungan anggaran, Kementan juga telah memfasilitasi kesepakatan antara Bulog dan industri penggilingan padi untuk menyerap 2,1 juta ton setara beras dari petani.
“Jika seluruh pihak berkomitmen kuat, kami optimistis stok beras tahun ini aman,” tuturnya.
Dalam catatan Bisnis, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa produksi beras di Indonesia berpotensi mencapai 8,67 juta ton pada Januari—Maret 2025.
Angkanya diperkirakan melonjak hingga 52,32% dibandingkan Januari—Maret 2024 yang hanya mencapai 5,69 juta ton. Ini artinya, potensi produksi beras di Indonesia mencapai 2,98 juta ton.
“Potensi produksi beras sepanjang Januari—Maret tahun ini diperkirakan akan mencapai 8,67 juta ton, atau mengalami peningkatan sebesar 2,98 juta ton atau 52,32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujar Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis BPS, Senin (3/2/2025).
Namun, Amalia menekankan bahwa produksi beras sepanjang Januari—Maret 2025 ini merupakan angka potensi dengan menggunakan angka potensi luas panen Januari—Maret 2025 dan rata-rata produktivitas subround I 2022–2024.
Potensi peningkatan produksi beras ini sejalan dengan potensi luas panen padi sepanjang Januari—Maret 2025 yang diperkirakan akan mencapai 2,83 juta hektare.
Amalia menyebut, luas panen padi sepanjang periode itu diperkirakan mengalami peningkatan 0,97 juta hektare atau 52,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Januari—Maret ini adalah angka potensi luas panen padi dan angka realisasi nantinya bisa lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan angka pontensi, tergantung pada realisasi dari kondisi pertanaman padi pada Januari—Maret tahun ini,” jelasnya.
Sementara itu, potensi produksi padi sepanjang Januari—Maret 2025 diperkirakan akan mencapai 15,06 juta ton gabah kering giling (GKG). Angkanya berpotensi naik 5,18 juta ton GKG atau naik 52,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya 9,88 juta ton GKG.
Secara umum, sepanjang Januari—Maret 2025 potensi panen padi sebagian besar terjadi di Pulau Jawa dan sebagian di provinsi Sumatera seperti Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera Utara. Sedangkan untuk level kabupaten/kota, potensi panen padi yang cukup besar terjadi di Banyu Asin dan Grobogan.