Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat transportasi menilai penerapan zero over dimension dan over loading (ODOL) atau angkutan besar truk yang membawa kapasitas berlebih di jalan masih berat bagi sejumlah industri. Pasalnya, beberapa truk ODOL disinyalir membawa produk-produk hasil pabrikan industri manufaktur maupun bawaan distributor.
Hal ini menyusul kejadian kecelakaan lalu lintas truk ODOL di Tol Ciawi yang menewaskan delapan orang pada Senin (4/2/2025). Truk yang menabrak gerbang tol tersebut disebut membawa air minum dalam kemasan (AMDK).
Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang mengatakan, beberapa pihak yang saat ini masih keberatan dengan penerapan zero ODOL secara menyeluruh adalah Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.
Menurut dia, kedua lembaga tersebut masih keberatan lantaran khawatir dengan dampak penerapan zero ODOL yang dapat memicu inflasi harga produk industri.
"Kalau Kemenperin masih keberatan dengan ODOL, konsekuensinya pemerintah harus memberikan subsidi bagi angkutan logistik, khususnya angkutan sembako itu wajib hukumnya untuk disubsidi supaya harga jual ke konsumen akhir [masyarakat] terjangkau," kata Deddy kepada Bisnis, Kamis (6/2/2025).
Deddy menekankan bahwa truk ODOL tidak pernah lepas dari risiko keselamatan di jalan. Pasalnya, kecelakaan lalu lintas truk ODOL hampir terulang setiap hari.
Baca Juga
Kendati demikian, pihak yang selalu disalahkan hanya sopir truk, sementara stakeholder lain seperti pengusaha angkutan, pemilik barang, hingga pemerintah dinilai kerap abai atas keselamatan di jalan.
"Yang selalu jadi kambing hitam sopir dan sarana truknya yang remnya gagal, stakeholder lain tidak tersentuh padahal semuanya juga terlibat," tutunya.
Deddy menuturkan bahwa saat ini, mestinya pemerintah tidak hanya membicarakan teknis penyebab kecelakaan seperti rem blong dan lainnya karena pihak yang juga bermasalah ada di hulu.
Di samping itu, dia juga menjelaskan bahwa Indonesia telah krisis keselamatan. Data Korlantas 2024 menunjukkan bahwa empat orang tewas setiap 1 jam kecelakaan di jalan, belum terhitung korban luka berat/ringan baik cacat sementara atau cacat selamanya.
"Aspek keselamatan, baik di Kemenhub dan KemenPU, juga tidak bisa ditawar apapun dengan dalih efisiensi anggaran," terangnya.
Menanggapi hal ini, Sekjen Kementerian Perindustrian Eko S. A. Cahyanto mengatakan, pihaknya belum memastikan sepenuhnya kecelakaan truk ODOL tersebut diakibatkan barang bawaan industri.
"Saya enggak yakin itu [barang industri di truk ODOL]," ujar Eko singkat saat ditemui di Kantor Kemenperin, Kamis (6/2/2025).