Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tamparan Fakta dari Rekor Produksi Batu Bara 2024, Pengamat: Transisi Energi Tidak Mudah

Beroperasinya sejumlah pembangkit batu bara baru membuat kebutuhan emas hitam juga meningkat.
Ilustrasi PLTU Suralaya/Dok. PLN
Ilustrasi PLTU Suralaya/Dok. PLN

Bisnis.com, JAKARTA -- Rekor produksi batu bara di Tanah Air pada 2024 menjadi bukti bahwa transisi energi bukanlah target mudah.

Produksi batu bara RI pada 2024 mencapai 831,05 juta ton. Realisasi tersebut setara 117,05% dari target produksi 2024 yang dipatok 710 juta ton.

Ahli Transisi Energi sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut tingginya produksi tersebut seiring dengan permintaan batu bara global.

"Nah, jadi ini menunjukkan bahwa transisi energi global, maupun di Indonesia itu nggak mudah. Karena semua negara itu mengutamakan keamanan pasokan energi dulu ternyata, bukan climate change," kata Fabby kepada Bisnis, Selasa (14/1/2025).

Dia menilai saat ini masih banyak negara yang lebih mementingkan keandalan listrik, terlepas dari sumber listrik tersebut.

Di sisi lain, Fabby menilai kenaikan produksi batu bara juga tak lepas dari konflik Rusia-Ukraina. Menurutnya, perang tersebut membuat harga gas di Eropa lebih mahal. Alhasil, negara-negara itu pun kembali beralih menggunakan batu bara untuk pembangkit listrik.

"Sehingga membuat batu baranya naik lagi, permintaannya naik," kata Fabby.

Selain itu, Fabby berpendapat bahwa kenaikan produksi batu bara RI juga tak lepas dari meningkatnya kapasitas PLTU, termasuk milik PT PLN (Persero) maupun PLTU captive.

Dia mengatakan peningkatan kapasitas PLTU baru terjadi pada 2023-2024. Sebab, pada 2020-2022 penggunaan PLTU sempat turun buntut pandemi Covid-19.

"Setelah nggak Covid-19 kan mereka mulai lagi beroperasi penuh. Sehingga kita lihat kenaikan 2023-2024," ucap Fabby.

Produksi batu bara RI mencapai 831,05 juta ton sepanjang 2024. Angka ini mencapai 117,05% dari target produksi tahun lalu yang sebesar 710 juta ton.

Lebih terperinci, dari total produksi emas hitam itu, penyerapan untuk domestik tercatat mencapai 378,95 juta ton, sementara realisasi untuk ekspor sebesar 434,11 juta ton. Adapun realisasi untuk domestic market obligation (DMO) mencapai 209,93 juta ton.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper