Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor kakao dan olahannya yang masuk ke golongan HS 18 mampu menembus hingga US$2,31 miliar atau sekitar Rp36,96 triliun (asumsi kurs Rp16.001 per dolar AS) sepanjang Januari—November 2024.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan nilai ekspor kakao melonjak 110,93% secara c-to-c dari US$1,09 miliar pada Januari—November 2023. Ini artinya, kakao dan olahannya (HS 18) naik US$1,21 miliar.
Amalia menuturkan kenaikan ekspor kakao didorong oleh kenaikan harga komoditas kakao di pasar internasional.
Adapun, rata-rata harga kakao selam Januari—November 2024 di pasar internasional sebesar US$7,06 per kilogram, atau naik 115,13% dibandingkan rata-rata harga selama 2023.
“Kenaikan harga kakao di pasar internasional disebabkan oleh produksi kakao yang menurun di beberapa negara produsen utama seperti di Ghana dan Pantai Gading,” kata Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Senin (16/12/2024).
Di sisi lain, sepanjang Januari—November 2024, volume ekspor kakao naik 0,34% ctc dari 313.890 ton menjadi 314.960 ton.
Baca Juga
Dari sana, BPS mengungkap jenis kakao yang diekspor adalah dalam bentuk mentega (cocoa butter), lemak dan minyak kakao atau yang masuk ke HS 1804 dengan volume 117.330 ton atau dengan porsi 37,25% dari total ekspor kakao.
Selanjutnya, ekspor bubuk kakao, tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya (HS 1805) sebanyak 106.640 ton.
Amalia menambahkan, Indonesia juga mengekespor pasta kakao, dihilangkan lemaknya maupun tidak (HS 1803) sebanyak 52.010 ton. Lalu, Ada ekspor coklat dan olahan makanan lainnya mengandung kakao (HS 1806) sebanyak 22.930 ton. Serta, ekspor kakao lainnya mencapai 16.060 ton.