Bisnis.com, JAKARTA — Perlu lebih dari satu dekade hingga India berhasil menurunkan Incremental Capital Output Ratio alias ICOR, sebagai tolok ukur investasi yang efektif mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zamroni Salim menjelaskan bahwa lebih dari satu dekade lalu India masih mencatatkan ICOR di atas 7%. Tepatnya, pada 2012 nilai ICOR India mencapai 7,5%.
India kemudian berhasil menekannya, hingga nilai ICOR pada 2022 menjadi hanya 3,5%
Nilai ICOR yang lebih rendah menunjukkan efektivitas investasi dan kenaikan produk domestik bruto (PDB). Misalnya, bagi India, setiap 3,5% investasi akan menghasilkan 1% pertumbuhan ekonomi—berbanding jauh dari satu dekade lalu ketika membutuhkan investasi hingga 7,5%.
Menurut Zamroni, keberhasilan India menurunkan ICOR itu berkat strategi pemerintahnya yang fokus mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Perbaikan itu di antaranya mencakup aspek pendidikan, kesehatan, hingga jaminan sosial.
India berupaya agar masyarakatnya bisa mendapatkan pendidikan yang baik, layanan kesehatan yang layak, dan memiliki perlindungan ketika bekerja.
Baca Juga
Lalu, menurut Zamroni, strategi lainnya adalah dengan mendorong investasi dan pengembangan industri strategis dan berteknologi tinggi.
"India masuk ke high tech industries, termasuk yang ditekankan adalah industri pertahanan," ujar Zamroni dalam BRIN Economic Outlook 2025, Selasa (11/12/2024).
Namun demikian, bukan berarti keberhasilan India itu tanpa cela. Zamroni menyebut bahwa terdapat persoalan besar dalam distribusi jam kerja dan distribusi produktivitas.
Menurutnya, Indonesia masih relatif lebih baik dalam hal distribusi jam kerja dan produktivitas, yakni mencapai 80%. Lain halnya, India hanya mencatatkan 20%, yang berarti hanya sebagian pihaknya yang memiliki jam kerja dan produktivitas optimal.
"Cara membacanya adalah tingkat pengangguran di India lebih tinggi, tetapi di Indonesia lebih rendah. Mengapa terjadi? Karena India lebih fokus pada produktivitas, sehingga pertumbuhan [ekonomi] India nominalnya di atas 14%, riilnya di 8%," ujar Zamroni.