Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Amerika Serikat diketahui menjadi pangsa ekspor terbesar kedua (10,16%) per Oktober 2024, setelah China dengan pangsa mencapai 24,55%.
Neraca perdagangan Indonesia dengan AS pun tercatat terus mencatatkan surplus. Sejak 2013, surplus senilai US$15,08 miliar dan per Oktober 2024 surplus terus naik ke angka US$21,51 miliar.
Sementara Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menjelaskan bahwa Trump hanya akan memberikan sanksi tarif tersebut terhadap negara yang memiliki surplus lebih besar, seperti China, Vietnam, dan Meksiko.
Meski neraca dagang Indonesia dengan AS juga surplus, namun tidak sebesar ketiga negara tersebut. Untuk itu, dampaknya pun tidak akan terlalu terasa.
Praktik LCT pun Ryan nilai tidak berdampak signifikan terhadap penggunaan dolar karena nilai transaksinya tidak sebesar perdagangan yang dalam jumlah miliaran dolar.
“Relatif tidak berpengaruh, dan kebetulan Amerika ketergantungan produk tekstil dan alas kaki Indonesia,” ujarnya, Selasa (19/11/2024).