Bisnis.com, JAKARTA — Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengerek tarif impor dari rencana sebelumnya 100% menjadi 150% bagi negara-negara BRICS yang melakukan dedolarisasi.
Sementara itu, Indonesia baru saja resmi menjadi anggota ke-10 blok ekonomi yang diinisiasi oleh Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) pada 6 Januari 2025. Agenda besar organisasi ini adalah meninggalkan penggunaan dolar AS dalam transaksi.
Wakil Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu mengungkapkan meski terdapat ancaman tersebut, Indonesia berfokus pada perluasan pasar ekspor ketimbang meninggalkan dolar.
Baca Juga : Diancam Trump, Mata Uang BRICS Tak Jadi Rilis? |
---|
“Dia banyak gertak untuk negosiasi. Kita [Indonesia] harus pintar memainkan keberadaan kita di BRICS untuk memperluas pasar, bukan untuk dedolarisasi,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR, Rabu (26/2/2025).
Meski demikian, Indonesia telah menerapkan kebijakan local current transaction (LCT) yang memungkinkan perdagangan dua negara menggunakan mata uang lokal.
Seperti transaksi perdagangan Indonesia dengan China yang tak lagi menggunakan dolar, melainkan antara yuan dan rupiah.
Bank Indonesia (BI) dan the People's Bank of China (PBOC) pun sepakat memperbarui perjanjian bilateral pertukaran mata uang lokal atau Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.
“Dedolarisasi tak terlalu pokok buat Indoensia karena kita sudah bisa lakukan direct transaction dengan Cina,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Mari Elka melihat seharusnya Presiden AS Donald Trump tak perlu khawatir akan penggunaan mata uang lokal ini. Pasalnya, kontribusi dolar dalam transaksi global masih mencakup sekitar 80%.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengemukakan alasan Indonesia ingin bergabung di banyak organisasi internasional, termasuk BRICS dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)—masih dalam proses aksesi.
Prabowo mengatakan Indonesia sejak dulu menganut gerakan non-blok dan prinsip-prinsip kesetaraan. Dalam hal ini, menurut dia, diplomasi yang seimbang menjadi penting. Melalui pendekatan nonblok ini pula, Indonesia dapat aktif dalam banyak organisasi internasional.
Adapun Presiden AS Donald Trump dalam pernyataannya beberapa hari lalu menanggapi pertanyaan terkait BRICS yang akan melawan dolar.
“Mereka [BRICS] akan membuat mata uang baru, saya bilang tidak. Mereka akan dikenakan tarif 150% ditambah kami tidak akan berbisnis dengan mereka,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Jumat (21/2/2025).