Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan empat terobosan bisnis rendah karbon guna mendukung target swasembada energi Presiden Prabowo Subianto dalam 5 tahun ke depan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menuturkan, empat terobosan itu meliputi pengembangan biofuel, petrochemical, geothermal, dan carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS).
Menurutnya, terobosan tersebut juga merupakan komitmen perusahaan dalam menjalankan perannya untuk mendukung tercapainya target net zero emission (NZE) pemerintah Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.
“Terobosan ini akan memperkuat swasembada energi, sekaligus memberikan dampak dalam penurunan emisi karbon, diversifikasi portofolio bisnis yang akan membuka peluang bisnis baru di masa depan,” ujar Fadjar melalui keterangan resmi, Kamis (24/10/2024).
Dia menuturkan, Pertamina berhasil mengembangkan energi biofuel sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan campuran bahan nabati. Pertamina telah berhasil memproduksi dan memanfaatkan biodiesel B35.
Selain B35, kata Fadjar, Pertamina juga mengembangan Pertamax Green dan sustainable aviation fuel (SAF) bahan bakar pesawat terbang dengan campuran bahan nabati.
Baca Juga
“Biofuel yang telah dijalankan Pertamina berdampak pada pengurangan emisi sehingga memiliki nilai tambah positif bagi masyarakat. Pada tahun 2023, penerapan B35 mampu menurunkan emisi CO2 hingga 32,7 juta ton,” jelasnya.
Dalam pengembangan geothermal, saat ini Pertamina mengelola 15 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang 672 megawatt (MW) yang akan dinaikkan menjadi 1 GW (gigawatt) dalam 2 sampai 3 tahun ke depan. Fadjar menyebut, Pertamina memiliki potensi cadangan panas bumi yang siap dikembangkan.
Sementara itu, dalam pengembangan petrochemical, Pertamina menargetkan produksi sebesar 3,2 juta ton pada 2025, dari saat ini sebesar 1,9 juta ton per tahun. Untuk pengembangan bisnis ini, Pertamina terbuka untuk menjalin kemitraan dengan berbagai institusi dari dalam dan luar negeri.
Sedangkan dari bisnis hulu migas, Pertamina juga akan berkontribusi pada pengurangan emisi melalui pengembangan CCS/CCUS. Fadjar mengatakan, pengembangan CCS/CCUS secara akumulatif berpotensi mengurangi emisi hingga 1,5 juta 2029.
Adapun, proyek pengembangan yang sudah dilakukan antara lain di Field Sukowati, Field Jatibarang, dan Field Ramba. Selain mengembangkan proyek, Pertamina juga melibatkan masyarakat dalam memanfaatkan energi hijau yang berdampak pada swasembada energi melalui program 'Desa Energi Berdikari'.
Fadjar mengeklaim hingga saat ini, jumlah Desa Energi Berdikari telah mencapai 85 desa binaan di seluruh Indonesia.
Dia juga mengeklaim berbagai terobosan Pertamina dalam mencapai target swasembada energi dan dekarbonisasi berhasil menurunkan emisi di atas target. Pertamina mencatat, realisasi reduksi emisi scope 1 dan 2 mencapai 124% dari target yang ditetapkan pada 2023.
Tak hanya itu, kata Fadjar, Pertamina juga berhasil melakukan dekarbonisasi sebesar 1,13 juta ton C02e dari target 910.000 ton C02e.
Menurutnya, keberhasilan dalam dekarbonisasi menjadikan Pertamina menduduki peringkat pertama dalam ranking ESG di dunia berdasarkan sustainalytics, pada sub sektor minyak dan gas terintegrasi dari 61 perusahaan dunia.
“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina optimistis bisa mendukung program pemerintah swasembada energi sekaligus mencapai NZE sesuai target nasional,” tandas Fadjar.