Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Bahan Baku & Barang Modal Susut, Produksi Manufaktur Makin Terpuruk?

Lesunya kinerja manufaktur tercermin dari penyusutan impor bahan baku/penolong dan barang modal.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri manufaktur dalam beberapa bulan terakhir tampak mengalami penyusutan. Kondisi ini juga tercerminkan dari penyusutan impor bahan baku/penolong dan barang modal, khususnya untuk input operasional industri. 

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, manufaktur Indonesia saat ini terdampak ekonomi global yang melemah dan penurunan daya beli masyarakat dalam negeri. 

"Prospeknya sebenarnya masih sulit untuk kita mendapatkan atau ada perbaikan yang lebih menyeluruh terhadap kondisi manufaktur saat ini, karena kondisi dunia itu sendiri tidak terlalu meyakinkan," kata Yose kepada Bisnis, Kamis (17/10/2024). 

Persaingan ketat dengan produk China maupun Vietnam di pasar regional juga dinilai sulit untuk ditembus produsen lokal. Alhasil, input bahan baku untuk produksi manufaktur mengalami pelemahan. 

Namun, melemahnya impor bahan baku/penolong dan barang modal juga disebut lantaran regulasi atau kebijakan tata niaga impor pemerintah yang mempersulit impor bahan baku. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor bahan baku mengalami penurunan dalam 3 bulan terakhir. Pada September 2024, impor bahan baku/penolong tercatat sebesar US$13,4 miliar atau turun 9,69% month-to-month (mtm) dari US$14,8 miliar pada Agustus 2024. 

Sebelumnya, pada Juli 2024, angka impor bahan baku/penolong masih berada di kisaran US$16,02 miliar. Meskipun secara bulanan turun, jika dilihat secara tahunan impor bahan baku masih tumbuh 5,87% year-on-year (yoy) dari US$12,6 miliar pada September 2023. 

Kondisi serupa terjadi pada impor barang modal yang turun menjadi US$3,53 miliar atau turun 7,15% mtm pada September 2024 dibandingkan bulan sebelumnya US$3,80 miliar. Sementara itu, pada Juli 2024, angka impor barang modal sebesar US$3,63 miliar. 

Secara tahunan, impor barang modal tumbuh 18,44% yoy senilai US$2,98 miliar pada September 2023. Adapun, impor barang modal berkontribusi sebesar 17,44% dari total nilai impor, sementara porsi impor bahan baku mencapai 73%. 

Melihat kondisi penyusutan impor bahan baku dan barang modal yang dapat berdampak ke produktivitas manufaktur tersebut, Kementerian Perindustrian menilai perlu kebijakan yang diselaraskan antarkementerian/lembaga. 

Kepala Badan Standardisasi Kebijakan dan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi mengatakan, dalam 3 bulan terakhir produksi manufaktur mengalami penurunan, meskipun variabel pesanan baru masih ekspansi. 

Untuk diketahui, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia yang menunjukkan variabel input, pesanan baru, output produksi, hingga inventaris gudang dalam 3 bulan terakhir mengalami kontraksi. Pada Juli 2024, PMI di level Juli 49,3, Agustus 2024 48,9 dan September 2024 49,2. 

"Sebagian melihat ada korelasi ini dengan pelonggaran aturan impor, tapi mungkin harus didalami karena mungkin ada faktor lain seperti tadi misalnya terkait daya beli dan sebagainya," kata Andi dalam Bisnis Indonesia Forum: Legasi Sedasawarsa dan Asa Selanjutnya di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (16/10/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper