Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto akan coba mengoptimalisasi lifting minyak untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8% seperti era Orde Baru.
Bahlil menceritakan, pada 1996—1997 atau pada penghujung era Orde Baru, lifting minyak Indonesia bisa mencapai 1,6 juta barrel per hari. Akibatnya, saat itu lifting minyak berkontribusi hingga 40%—50% ke pendapatan negara.
Kendati demikian, pasca reformasi jumlah tersebut terus turun. Oleh sebab itu, Bahlil menyatakan pihaknya akan coba kembali mengoptimalisasi lifting minyak agar kembali bisa memberi kontribusi maksimal kepada penerimaan negara hingga pertumbuhan ekonomi.
"Yang pertama kita harus lakukan adalah kita harus mengoptimalkan sumur-sumur kita, baik yang ada maupun yang ideal, untuk bisa meningkatkan lifting kita," jelasnya di acara Repnas National Conference di Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024).
Di samping itu, Ketua Umum Partai Golkar tersebut mengakui masih banyak hambatan birokrasi di Indonesia. Oleh sebab itu, Bahlil menyatakan pemerintah ke depan akan memangkas berbagai regulasi yang menghambat proses eksplorasi.
Dia mencontohkan, jika selama ini memerlukan 320 izin untuk melakukan eksplorasi maka akan dipangkas menjadi 140 izin. Dengan begitu, dia meyakini investor juga akan masuk ke Indonesia.
Baca Juga
"Kalau tidak ada tawaran yang lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain dan negara kita, bagaimana investor bisa masuk? Jadi, cara-cara lama kita harus lupakan," katanya.
Lebih lanjut, dia mengklaim pemerintahan Prabowo nantinya akan mengakselerasi penggunaan kendaraan listrik. Selanjutnya, ke depan impor gas juga akan ditahan dengan kembangkan infrastruktur seperti pembangunan pipa-pipa gas di daerah strategis.
"Kalau ini mampu kita eksekusi, minimal pertumbuhan ekonomi kita tambah 2%. Strateginya pun kita sudah buat," ujar Bahlil.