Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Singapura, The Monetary Authority of Singapore (MAS), mempertahankan kebijakan moneternya di tengah tren global menuju pelonggaran kebijakan. MAS mengatakan bahwa sikapnya saat ini konsisten dengan stabilitas harga jangka menengah.
Dalam pernyataan resminya, MAS tetap mempertahankan arah kemiringan, lebar, dan pusat rentang mata uang. Hal ini akan menjaga dolar Singapura pada jalur apresiasi untuk mengurangi tekanan harga impor.
Sebagai informasi, berbeda dengan bank sentral lain di dunia, MAS menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan utama moneternya dibandingkan dengan suku bunga.
“Risiko terhadap prospek inflasi Singapura lebih seimbang dibandingkan tiga bulan lalu. Kami menilai bahwa pengaturan kebijakan moneter untuk saat ini masih konsisten dengan stabilitas harga jangka menengah,” kata MAS dalam pernyataannya dikutip dari Bloomberg, Senin (14/10/2024).
Adapun, kurs dolar Singapura naik dari sesi terendahnya menyusul pernyataan tersebut, diperdagangkan pada 1,3065 terhadap dolar AS pada pukul 8:01 waktu setempat.
Selena Ling, Chief Economist di Oversea-Chinese Banking Corp. Ltd, menyebut nada pernyataan MAS secara keseluruhan tidak dovish sama sekali.
Baca Juga
“Sekarang ada kekhawatiran mengenai pertumbuhan biaya unit tenaga kerja dan pertumbuhan jasa, meskipun inflasi inti 2%. perkiraan untuk tahun 2025 dipertahankan,” jelasnya.
Adapun, sebanyak 10 dari 13 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan tidak ada perubahan kebijakan pada tinjauan akhir tahun ini.
Keputusan yang diambil MAS pada Senin ini kontras dengan penurunan suku bunga di sebagian besar negara maju.
Tercatat, para pembuat kebijakan di AS dan Selandia Baru memilih penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan terakhir mereka. Hal ini mencerminkan penurunan inflasi di negara lain yang belum sepenuhnya terjadi di Singapura, yang banyak mengimpor barang-barang kebutuhan pokok.
Meski indeks arga konsumen di Singapura sedikit lebih rendah dibandingkan 2024, namun harga tersebut tetap tinggi. Pengukur inflasi inti pilihan bank sentral – yang mencakup harga makanan dan bahan bakar, dan tidak termasuk akomodasi dan transportasi pribadi – meningkat pada Agustus menjadi 2,7% dan melampaui perkiraan.
MAS tidak memiliki target inflasi yang jelas, meskipun dikatakan bahwa inflasi inti rata-rata di bawah 2% konsisten dengan stabilitas harga dalam perekonomian.
Dalam rilis hari Senin, otoritas mengatakan momentum inflasi inti diperkirakan akan tetap terkendali pada kuartal keempat dan akan berakhir pada tahun ini sekitar 2%.
Parameter MAS untuk nilai tukar nominal efektif dolar Singapura, atau S$NEER, tidak berubah selama setahun terakhir.
Otoritas moneter memandu dolar lokal terhadap sejumlah mitra dagang utamanya dan menyesuaikan laju apresiasi atau depresiasinya dengan mengubah kemiringan, lebar, dan pusat rentang mata uang. Namun, MAS tidak mengungkapkan rincian keranjangnya, kisarannya, maupun kecepatan apresiasi atau depresiasinya.
Berbagai faktor mulai dari harga minyak hingga arah kebijakan global dan pemilihan presiden AS mempunyai implikasi terhadap pertumbuhan Singapura dan kinerja mata uangnya, kata para ekonom.