Bisnis.com, JAKARTA — Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatat bahwa PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 mengalami penguatan tipis meski masih berada dalam zona kontraksi.
Pada periode tersebut, Purchasing Manager's Index atau PMI manufaktur Indonesia tercatat pada level 49,2, naik dibandingkan dengan periode Agustus 2024 yang berada pada level 48,9. Posisi PMI Indonesia tersebut melanjutkan kontraksi yang terjadi sejak Juli 2024, setelah sebelumnya selama 34 bulan berturut-turut terus mengalami ekspansi.
BKF menyatakan bahwa perkembangan ini terjadi karena kondisi pasar yang masih lemah, baik di dalam maupun luar negeri.
"Ekspor ke mancanegara juga mengalami penurunan dan berada pada level terendah sejak bulan November 2022. Hal ini menjadi indikasi bahwa terjadi pelemahan permintaan eksternal," tulis BKF dalam laporannya, yang dikutip Rabu (9/10/2024).
BKF menyebutkan bahwa meski aktivitas produksi mengalami penurunan, tetapi kepercayaan pelaku bisnis justru mengalami peningkatan hingga mencapai level tertinggi dalam 7 bulan terakhir.
Adapun, PMI manufaktur global juga kembali mengalami pelemahan untuk tiga bulan berturut-turut ke level 48,8 pada September 2024.
Baca Juga
BKF mencatat, hampir seluruh komponen PMI manufaktur global mengalami kontraksi, seperti output, new orders, new export orders, dan tenaga kerja.
Di antara negara-negara G20, kawasan Eropa tercatat mengalami penurunan tajam, terutama Jerman.
Sejalan dengan itu, Amerika Serikat (AS) juga mengalami pelemahan yang lebih dalam dari bulan sebelumnya. Negara-negara Asia pun, seperti Jepang dan China, mengalami sedikit pelemahan.
Sementara itu, beberapa negara tetap ekspansi dalam aktivitas manufakturnya, diantaranya India, Brazil, Spanyol, dan Inggris.