Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Mau Dirikan Dana Investasi Nasional (DIN), Ekonom: Enggak Perlu

Ekonom mendorong pembatalan pembentukan Dana Investasi Nasional (DIN) dan berfokus ke optimalisasi Indonesia Investment Authority (INA).
Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka merayakan HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia. Dok Instagram @puanmaharani
Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka merayakan HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia. Dok Instagram @puanmaharani

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menyoroti rencana pembentukan Dana Investasi Nasional (DIN) akan berbenturan dengan keberadaan Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA). 

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyampaikan hal tersebut justru akan menyeret kepada tidak efisiennya lembaga baru tersebut, jika berdiri bersampingan dengan INA. 

“Kalau fungsinya sama, menurut saya sih enggak perlu dibentuk. Kecuali ada otoritas yang berbeda yang lebih tinggi,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu. 

Menurutnya, terdapat beberapa skenario bila pemerintah benar adanya membentuk lembaga baru berupa DIN. 

Pertama,  memfokuskan INA sebagai lembaga semi Badan Usaha Milik Negara  (BUMN), berada di bawah Kementerian Keuangan, serta terus mendapatkan  suntikan  negara.

Kedua, membedakan fokus  bisnis dari masing-masing lembaga. Selama ini, INA  cenderung fokus pada infrastruktur fisik, digital, kesehatan, serta energi baru  terbarukan.

Ketiga,  membatalkan pendirian Dana Investasi Nasional diiringi dengan penambahan  tugas  INA. Namun hal ini menurutnya  perlu  dikaji  apakah  INA  tetap  sebagai  operator atau sekaligus  berperan sebagai  regulator.

Sebagai contoh, penambahan tugas bagi INA berupa penambahan dana kelolaan dan fungsi sehingga lebih besar. Alhasi, tidak perlu membentuk lembaga baru dan sebagainya, terlebih birokrasinya akan cukup mahal.  

“INA bisa ditambah tugasnya. Tapi kalau bentuknya lembaga, bentuknya semi kepada bukan operator lagi, takutnya jadi regulator,” ujarnya. 

Lain kesempatan, Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi melihat kemungkinan kontraproduktif dari pembentukan lembaga penghimpun dana tersebut. 

“Harusnya satu saja, karena sistemnya kan pool of funds. Mungkin bisa jadi nggak efisien,” tuturnya. 

Sebelumnya, Ketua Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) sekaligus Wakil Komandan Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN Fanta) Prabowo-Gibran, Anggawira, menyampaikan DIN bertujuan mengelola investasi negara untuk proyek bersifat strategis. 

Kemungkinan, katanya, DIN akan mengikuti model dari Arab Saudi dengan Public Investment Fund (PIF) ataupun Temasek milik Singapura. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper