Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Beli Masyarakat RI Menurun? Begini Penjelasan Sri Mulyani

Menurut Sri Mulyani, berbagai indikator ekonomi makro tidak menunjukkan bahwa daya beli masyarakat tertekan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (SIMBARA) di Jakarta, Senin (22/7/2024). / Bisnis-Abdurachman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (SIMBARA) di Jakarta, Senin (22/7/2024). / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut angkat bicara terkait adanya anggapan penurunan daya beli masyarakat seiring dengan kelanjutan tren deflasi Indonesia selama lima bulan beruntun.

Sri Mulyani mengatakan bahwa saat ini daya beli masyarakat masih ada dalam level yang stabil. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator seperti indeks keyakinan konsumen, kepercayaan konsumen, hingga dari sisi retail.

"Kita melihat dari beberapa indikator seperti keyakinan konsumen, kepercayaan [konsumen], ritel, atau Indeks purchasing mereka masih ada di level yang stabil dan tinggi," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kantor Kemenkeu, Jakarta pada Jumat (4/10/2024).

Mengutip data Bank Indonesia (BI), Indeks keyakinan konsumen (IKK) Agustus 2024 yang dirilis Bank Indonesia (BI) tercatat sebesar 124,4, lebih tinggi dibandingkan perolehan 123,4 pada Juli 2024.

Dia melanjutkan, jika melihat persepsi penurunan daya beli dari kelas menengah (middle class), maka tren pada kelompok tersebut yang harus dikaji lebih lanjut.

Sri Mulyani menjelaskan, saat ini memang ada sebagian masyarakat kelas menengah yang turun ke kelompok rentan. Di sisi lain, dia juga menyebut ada sebagian masyarakat kelompok miskin yang naik kelas dan masuk ke kategori aspiring middle class.

Dia mengatakan, penurunan masyarakat kelas menengah umumnya dipicu oleh inflasi. Sri Mulyani memaparkan, inflasi yang tinggi akan turut menaikkan garis kemiskinan, sehingga kelompok tersebut bisa secara tiba-tiba jatuh dan termasuk dalam kategori miskin.

Ke depannya, Sri Mulyani memastikan pihaknya akan tetap mendengarkan aspirasi masyarakat, salah satunya terkait pemutusan hubungan kerja (PHK). Dia menuturkan, pihaknya akan berupaya untuk mencari peluang serapan tenaga kerja pada sektor-sektor potensial.

Sri Mulyani menuturkan, dalam transformasi ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia, aliran investasi asing atau foreign direct investment (FDI) kebanyakan masuk pada sektor-sektor hilirisasi. Sehingga, area lapangan kerja yang terbuka akan berbeda dengan sektor labor intensive seperti alas kaki, tekstil, garment, dan lainnya.

"Selain itu, saat ini juga muncul kesempatan kerja baru di sektor digital. Kita akan terus memperhatikan agar masyarakat yang paling rentan mendapatkan dukungan, apakah itu dalam bentuk bantuan sosial atau pelatihan, dan juga memperbaiki iklim investasi sehingga muncul lapangan kerja baru," kata Sri Mulyani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper