Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badan Gizi Buka Suara soal Susu Ikan di Program Makan Siang Gratis

Badan Gizi Nasional buka suara mengenai wacana penggunaan susu ikan sebagai alternatif susu sapi dalam program makan siang gratis
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana saat memberikan keterangan kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8/2024). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/am
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana saat memberikan keterangan kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8/2024). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/am

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, buka suara mengenai adanya wacana penggunaan susu ikan sebagai alternatif susu sapi dalam program makan siang gratis yang dicanangkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto. 

Dadan menegaskan, pemerintah saat ini belum berencana untuk memanfaatkan susu ikan sebagai alternatif dalam program makan bergizi gratis (MBG).

“Itu saya tidak tahu yang bicara siapa ya. Kita belum ke arah situ,” kata Dadan kepada awak media saat ditemui di Kompleks Parlemen, Selasa (10/9/2024).

Kendati begitu, dia tidak menutup kemungkinan terhadap sejumlah alternatif dalam program susu gratis. “Semua yang baik pasti akan kita akomodir. Tapi nanti kita lihat,” ujarnya. 

Direktur Utama ID Food, Sis Apik Wijayanto, sebelumnya mengungkapkan bahwa pihaknya tengah berencana membangun mega farm untuk mendukung program susu gratis yang dicanangkan Prabowo. Pihaknya tengah mengkaji rencana tersebut, termasuk dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat.

“Proyeknya tidak bisa cepat, ini jangka panjang, sekarang sedang dikaji manfaat ekonomi secara bisnis dan manfaat bagi masyarakat,” jelas Sis Apik di Kompleks Parlemen, Rabu (4/9/2024).

Rencananya, mega farm tersebut akan berdiri di atas lahan seluas 300-400 hektare milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Subang, Jawa Barat. Kendati begitu, Sis Apik belum dapat memastikan total produksi susu yang dihasilkan dari peternakan ini lantaran belum di kajian lebih lanjut.

Selain itu, Sis Apik memperkirakan pengadaan susu dari mega farm ini kemungkinan baru terealisasi pada 2-3 tahun mendatang. Oleh karena itu, menurutnya perlu ada alternatif lain selain susu sapi untuk memenuhi kebutuhan program susu gratis.

“Mungkin ada produk-produk alternatif yang bisa sebagai pengganti susu dari sapi. Semuanya dalam kajian ya, misalnya susu dari ikan kan ada juga, ada susu dari ikan yang kemarin disampaikan,” ungkapnya. 

Adapun, pada 2023 lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan UKM meluncurkan produksi susu ikan pertama di Indonesia. Susu ikan ini merupakan hasil kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia sebagai bagian dari perkuatan program hilirisasi produk berbasis komoditas unggulan daerah.

“Dengan diluncurkannya Susu Ikan akan menjadi pengungkit daya saing produk perikanan, baik di pasar dalam negeri maupun global,” kata Trenggono dalam keterangan resminya.

Trenggono menyebut, produk ini merupakan inovasi yang menggabungkan antara manfaat protein ikan untuk kesehatan dengan diversifikasi produk olahan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk, sejalan dengan program prioritas KKP. 

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menambahkan, hilirisasi produk perikanan berupa susu ikan sangat penting untuk meminimalisir impor sekaligus menunjukkan kemampuan Indonesia dalam mengolah sumber daya lokal menjadi produk bernilai tambah dan juga memiliki nilai ekonomi tinggi.

“Hilirisasi berbasis ikan ini perlu dikembangkan, Indonesia punya ikan, rumput laut, sawit, kelapa, umbi-umbian, dan berbagai sumber daya alam lainnya, ini semua yang akan di hilirisasi dan sudah dimulai di Indramayu,” ujar Teten. 

CEO PT Berikan Teknologi Indonesia, Yogi Aribawa Krisna, kala itu menuturkan, inisiatif produksi hidrolisat protein ikan mulai digulirkan sejak 2016, dan di 2020, pihaknya mulai memroses desain engineering di Bekasi. Lalu, dilanjutkan pembangunan pabrik dan instalasi mesin di Indramayu.

Yogi menyebut, pabrik sudah dalam posisi stabil untuk house production, setelah mendapat Sertifikat Kelayakan Produksi (SKP) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Dengan memiliki sertifikat tersebut, kita sudah memulai langkah usaha memproduksi susu ikan dalam kerjasama B to B,” kata Yogi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper