Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Febriany Eddy mengungkapkan pihaknya tengah menyelesaikan eksplorasi proyek SOA HPAL dengan nilai investasi hingga Rp30 triliun.
Hal ini disampaikannya usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta bersama dengan Chairman Vale Base Metal Global Mark Cutifani dan Chief Sustainable and Corp Affair Vale Base Metal Emily Olson, Kamis (5/9/2024).
“Nanti tunggu saatnya, eksplorasi lagi jalan,” ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan.
Menurut catatan Bisnis, potensi pabrik HPAL tersebut dapat mencapai minimal 60.000 ton Ni per tahun dalam MHP. Menurutnya, proyek ini akan mengganden produsen otomotif lainnya untuk hilirisasi lebih lanjut hingga precursor.
Kendati demikian, dia masih enggan bicara mengenai potensi cadangan nikel dari tambang yang bakal ke SOA HPAL nantinya.
“[Eksplorasi] kan lagi jalan, nanti tunggu hasil eksplorasinya dong. Nanti sabar-sabar kalau sudah waktunya saya info, tetapi saya mau ucapkan terima kasih dukungan dari pemerintah misi pemerintah hilirisasi, EV ekosistem sejalan dengan misi dari Vale sehingga kami komitmen membantu misi pemerintah ini,” pungkas Febriany.
Baca Juga
Sekadar informasi, setidaknya terdapat empat proyek milik INCO yang sedang berjalan dengan nilai investasi total hingga Rp160 triliun, yaitu proyek Sorowako HPAL, SOA HPAL, Bahodopi RKEF dan stainless steel, serta Pomalaa HPAL.
Lebih rinci, Sorowako HPAL adalah kerja sama INCO dengan Huayou untuk pembangunan pabrik HPAL dengan kapasitas 60.000 Ni per tahun dalam MHP.
Proyek dengan nilai investasi Rp30 triliun akan disebut akan menggandeng pabrikan otomotif atau non Chinese Investor seperti POSCO, LG Chem, Ford, dan VW.
Konstruksi Sorowako telah dimulai sejak akhir 2023 dan akan melakukan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai.
Selanjutnya, proyek Bahodopi RKEF dan Stainless Steel dengan nilai investasi mencapai Rp34 triliun. Kapasitas pabrik RKEF adalah sekitar 73.000-80.000 ton Ni per tahun dalam FeNi dan menggandeng TISCO dan Xinhai.
RKEF ini digadang-gadang akan menjadi RKEF dengan intensitas emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako karena tidak menggunakan batu bara melainkan gas bumi. Hilirisasi lebih lanjut hingga stainless steel.
Kemudian Proyek Pomalaa HPAL dengan kapasitas hingga 120.000 ton Ni per tahun. INCO menggandeng Huayou dan Ford untuk investasi dengan nilai Rp66 triliun termasuk pabrik dan tambang. Saat ini konstruksi sedang berjalan dengan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai.
Terakhir, Proyek SOA HPAL dengan nilai investasi hingga Rp30 triliun. Proyek ini telah menyelesaikan eksplorasi tahap akhir dengan potensi pabrik HPAL minimal 60.000 ton Ni per tahun dalam MHP. Proyek ini akan menggandeng produsen otomotif lainnya untuk hilirisasi lebih lanjut hingga precursor.